Selasa 16 May 2017 10:58 WIB

Virus WannaCry Terkait dengan Korut?

Rep: Puti Almas/ Red: Winda Destiana Putri
Ransomware
Ransomware

REPUBLIKA.CO.ID, MOUNTAIN VIEW -- Serangan siber global yang terjadi sepanjang akhir pekan lalu hingga saat ini disebut masih mengancam banyak perangkat komputer di seluruh dunia. Belum dapat dipastikan siapa pelaku di balik penyebar virus yang disebut sebagai WannaCry tersebut. Namun, beberapa ahli mengatakan ada kemungkinan Korea Utara (Korut) terkait di balik peristiwa ini.

Pakar keamanan dari Google, Neel Mehta melaporkan adanya kesamaan antara kode dalam WannaCry, kemudian perangkat lunak yang digunakan untuk meretas, serta beberapa alat lainnya yang diciptakan oleh Grup Lazarus. Kelompok tersebut sebelumnya diketahui bertindak atas nama Korut dan melakukan serangan siber terhadap Sony Pictures pada 2014 lalu serta di Bank Bangladesh pada 2016.

Selain itu, pakar keamanan lainnya yaitu Alan Woodward mengatakan tanda waktu dalam kode WannaCry adalah UTC+9. Itu menunjukkan zona waktu untuk Cina. Kemudian dalam teks yang menunjukkan bahwa penyerang meminta uang tebusan agar para pengguna komputer bisa mendapatkan akses kembali terhadap file mereka seperti hanya menggunakan mesin penerjemah dari bahasa asli Negeri Tirai Bambu.

"Penemuan Neel Mehta adalah pentunjuk yang sangat penting untuk menemukan asal usul WannaCry, kami yakin pakar lain di seluruh dunia menyelidiki kesamaan serangan siber dan menemukan banyak fakta virus itu," ujar pernyataan dari Kaspersky, perusahaan pembuat perangkat lunak anti virus asal Rusia, dilansir BBC, Selasa (16/5).

Meski demikian, Kaspersky mengatakan hanya sedikit fakta yang menghubungkan serangan di Bank Bangladesh dengan Grup Lazarus. Tetapi, ada kemungkinan bukti terus bertambah dan diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menghubungkan berbagai kesamaan yang didapat.

Dalam serangan virus WannaCry disebut kemungkinan besar para hacker hanya menyalin kode dari Grup Lazarus. Namun, terdapat kode yang sepenuhnya mirip dihapus dalam versi baru.

Menghadapi serangan diber menjadi hal yang sangat sulit. Seperti dalam kasus Sony Pictures, Korut tidak pernah mengakui adanya keterlibatan negara itu. Meski demikian, AS tetap meyakini hal itu karena merujuk berbagai asal usul kode.

Saat itu, Sony Pictures diretas setelah hendak merilis film The Interview. Film itu menceritakan tentang pemimpin Korut Kim Jong-un dan sejumlah lelucon untuk mencela dirinya dan negaranya.

Tetapi, Korut juga disebut cenderung melakukan serangan siber untuk kepentingan politik dan tujuan khusus. Dalam kasus WannaCry, virus ini menginfeksi begitu banyak komputer di seluruh dunia an nampak tanpa pandang bulu atau tak ada target khusus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement