REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ritel-ritel modern mengeluhkan pasokan minyak goreng curah kemasan sederhana yang masih terbatas jelang memasuki bulan Ramadhan. Ketua Umum asosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, kebutuhan minyak goreng kemasan sederhana untuk seluruh ritel di Indonesia mencapai 11-12 juta liter per bulan.
Sementara pasokan yang masuk sampai saat ini baru 6 juta liter. "Pasokan masih jauh dari harapan," tuturnya, saat dihubungi Republika, Kamis (18/5).
Minyak goreng kemasan sederhana merupakan salah satu komoditi yang harganya diatur pemerintah. Kementerian Perdagangan telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk produk tersebut seharga Rp 11 ribu per liter.
Menurut Roy, kendala utama yang menjadi penyebab masih minimnya pasokan minyak goreng kemasan sederhana karena selama ini sebagian besar pabrik hanya memproduksi minyak goreng premium yang harganya lebih mahal. Sementara, pemerintah kini mewajibkan produsen dan ritel untuk menyediakan minyak goreng kemasan sederhana agar lebih terjangkau di kantong masyarakat.
"Harus ada penambahan lini produksi untuk minyak goreng dan ini butuh waktu," ujar Roy. Ia mengaku telah melakukan koordinasi dengan para produsen minyak goreng.
Mereka menjanjikan akan menambah pasokan sebelum puasa agar dapat memenuhi lonjakan transaksi. "Sekarang tinggal menunggi realisasi. Pada prinsipnya kami peritel pasti akan menjual minyak goreng murah kalau pasokannya ada."