REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gelombang WNI yang bertolak ke Suriah masih terjadi. Sejak dua tahun terakhir puluhan WNI yang bergabung dengan ISIS diketahui telah pulang dari Suriah. Kondisi ini membuat Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mewaspadai meningkatnya ancaman terorisme.
Direktur Penindakan Terorisme BNPT Brigjen Pol Torik Triono mengatakan kekhawatiran adanya peningkatan serangan teroris berkaca dari pengalaman sebelumnya. "Dulu pas WNI dari Afganistan pulang ke Indonesia ada kejadian bom berurutan seperti Bom Bali," ungkapnya saat ditemui usai apel kesiapsiagaan di Markas Brimob Detasemen B Jawa Timur di Malang, Kamis (18/5).
BNPT mencatat lebih dari 900 WNI hijrah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Sejak 2015, jumlah yang pulang kembali ke Indonesia sekitar 75 orang. Torik mengatakan angka itu bisa saja tidak sesuai kondisi di lapangan mengingat keterbatasan pencatatan.
"Itu baru jumlah yang terdeteksi karena kita hanya catat yang masuk perlintasan negara," katanya.
Untuk mengantisipasi terjadinya tindakan-tindakan radikal, kata Torik, BNPT melalui divisi pencegahan menggulirkan program deradikalisasi dan kontra ideologi kepada mereka. Selain itu BNPT mengawasi intensif puluhan WNI yang baru pulang dari Suriah.
Menurut Torik aparat keamanan juga memperketat pengawasan di daerah perbatasan. Ini mengingat kondisi jaringan teroris di Suriah makin terdesak dan besar kemungkinan wilayah mereka bergeser ke Filipina Selatan sehingga, jangan sampai persenjataan dan logistik dapat keluar masuk melalui perbatasan Indonesia.