REPUBLIKA.CO.ID, Ustaz Ghazy Alwan, salah seorang pembina di Darul-Qur’an, mengatakan, sesungguhnya seorang guru adalah unsur paling utama dalam proses pembelajaran Alquran. "Ïa harus terus melakukan inovasi, dan memikirkan strategi pembinaan yang mampu mendorong siswa untuk lebih semangat dalam menghapal, dan (tentu saja) membimbing mereka agar berakhlak mulia,” ujarnya.
Dia menyebutkan, bahwa proses pengawasan merupakan bentuk konektivitas antara pihak pengelola (manajemen) dan guru-guru di Darul-Qur’an, yang juga merupakan unsur saling melengkapi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja, dan mengevaluasi berbagi kekurangan yang ada.
Senada dengan hal tersebut, Ustazah Raja El-Hartsany, menyinggung perihal keutaman mempelajari dan mengajarkan Alquran. Ia menekankan, pentingnya untuk tetap menggunakan hijab syar’i dan menjaga keikhlasan dalam bekerja, serta perlunya untuk terus meningkatkan ketaqwaan.
Ustadzah Maryam El-Melawy menjelaskan, sejumlah metode dalam pembelajaran Alqurran, berikut sisi positif dan negatif setiap metode. Dia menyarankan, pentingnya bagi para guru untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses pembelajaraan. Dia juga menghimbau agar para guru menggunakan berbagai cara untuk bisa memotivasi para murid, dan memberi nasehat dengan baik, dan menjauhi perasaan putus asa.
Ustadz Abdul Fatah Hamudah mengisyaratkan, pentingnya untuk memperbaiki pengucapan huruf yang serupa dalam Alquran (At-Tasyabuh) yang merupakan salah satu bentuk kemukjizatan Alquran itu sendiri. Dia menegaskan, pentingnya untuk terus mengulang secara kontinyu, dan memperhatikan aspek tahapan dalam menghapal Alquran, serta perlunya menjauhi kemaksiatan dalam belajar Alquran. Dia menyarankan agar ke depan, diadakan pelatihan khusus tentang ilmu “Al-Mutasyabih” dalam Alquran.
Masalah dan solusi
Ustadazah Isra’ Hamudah menyebutkan, sejumlah problematika bagi yang dialami oleh guru demikian pula siswa. Adapun Ustadz Mahmod Manun, membahas problematika yang berhubungan dengan lingkungan kerja, dan mengajak agar terus melakukan diskusi atau sharing pendapat, serta mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain.
Dia menegaskan pentingnya upaya-upaya pembaharuan dan inovasi, serta menjauhi hal-hal yang bersifat monoton.
Di akhir workshop, Dr Mahmod Abu Zarinah merekomendasikan sejumlah hal. Antara lain: pengadaan pelatihan (daurah) tentang ilmu mutasyabih lafdzi, pemilihan waktu yang tepat untuk menghapal, penentuan jumlah siswa dalam satu kelompok, mengutamakan kualias hapalan daripada jumlah hapalan, menyebarkan kesadaran akan pentingnya pendidikan islami, mengadakan sejumlah pelatihan bagi guru maupun siswa, untuk melawan rutinitas yang bersifat monoton, terus melakukan inovasi, dan evalusi untuk memperbaikan sejumlah kekurangan satu demi satu.