REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki Ruko bercat cokelat tua dengan label Atlantis Gym di Ruko Kokan Permata Blok 15-16 Kelapa Gading Jakarta Utara, semerbak harum parfum langsung menusuk hidung pengunjung. Pengunjung akan disambut dengan kasir yang menawarkan paket harga klub homoseksual bertajuk 'gym' alias pusat kebugaran.
Pengunjung tak dikenal tidak akan diperbolehkan langsung masuk. Mereka harus mendaftarkan KTP mereka terlebih dahulu lalu meninggalkan nomor telepon atau kontak yang bisa dihubungi. Tak ada KTP pun tak masalah, cukup menambahkan dana tambahan sebesar Rp 100 ribu sebagai pengganti KTP.
Sedangkan kontak yang ditinggalkan akan digunakan pihak manajemen untuk dihubungi lagi jika ada acara 'khusus'. Acara khusus itu digelar tiap hari Ahad. Terakhir kali, acara bertajuk 'The Wild Ones' digelar pada Ahad (23/5). Pada hari itu pula polisi menggerebek aktivitas pada gay di tempat itu.
Untuk menikmati servis, pengunjung harus membayar sejumlah uang dengan paket yang berbeda peda. Kapolres Metro Jakut, Kombes Pol Dwiyono dalam olah tempat kejadian perkara pada Selasa (23/5) mengatakan, pengunjung harus membayar sebanyak Rp 185 ribu.
Dengan uang itu, pengunjung mendapatkan fasilitas dasar loker, handuk dan air mineral. Bukan hanya itu, memasuki lokasi, pengunjung juga harus menanggalkan bajunya.
Bila dalam satu bulan Atlantis Gym mengadakan acara 'khusus' dengan pengunjung minimal 100 orang, maka dalam satu Ahad, sudah menghasilkan laba kotor Rp 18,5 juta. Jika sebulan empat kali diadakan acara 'khusus' itu, maka laba kotornya sekitar Rp 74 juta. Jumlah itu belum termasuk hari kerja. Padahal tiap ada acara khusus, seratus lebih pengunjung datang ke acara itu.
"Di sini (Atlantis Gym) memang rame bangetnya yang saya lihat itu pas hari minggu saja, kalau hari biasa nggak terlalu," ujar M Latief, Kepala Keamanan Kompleks Ruko Kokan Permata.
Baca juga, Polisi Bongkar Modus 141 Pria Pesta Gay di Kelapa Gading.
Lalu, memasuki lantai satu, cat biru mendominasi seluruh ruangan. Sejumlah alat olah raga memenuhi ruang sebesar 200 meter persegi itu. Masih di lantai yang sama. Ratusan loker juga disiapkan di ruangan itu. Pengamatan Republika.co.id angka terbesar di loker itu adalah 227 yang menunjukkan banyaknya jumlah loker di ruang itu.
Naik ke lantai dua, nuansa ruangan langsung berbeda. Lampu merah, biru dan ungu bersinar remang-remang. Di tengah ruangan itu terdapat sebuah kolam dengan tempat duduk melingkar. Sedangkan kedalaman airnya sekitar 70 cm.
Mengelilingi kolam itu, empat shower juga terpajang. Shower itu diterangi lampu warna warni tadi. Di shower berukuran 1 x 1 meter persegi itu juga menjadi tempat para penari telanjang beraksi. Sedangkan di sekitarnya, pengunjung menikmati tontonan tari telanjang itu. Di lantai dua itu pula ada satu ruangan khusus di bawah tangga menuju lantai tiga yang belum diketahui fungsinya.
Menuju lantai tiga, nuansa menjadi lebih gelap. Lampu neon putih tak bersinar begitu terang. Tampaknya lampu neon yang dipasang itu memiliki watt yang kecil.
Sekitar 16 bilik terletak di lantai tiga ini. Bilik bilik itu berisikan satu buah matras. Luasnya pun tak terlalu luas untuk terlentang orang dewasa, hanya 1,5 x 1,5 meter persegi. Baik dinding sekat maupun matras, semuanya berwarna hitam, semakin menghambat distribusi cahaya di ruangan itu. "Lantai tiga ada bilik-bikik kamar, mereka juga gunakan untuk melakukan seks sesama jenis," papar Dwiyono.