REPUBLIKA.CO.ID, FILIPINA -- Filipina dalam kondisi mencekam. Lebih dari 100 pendukung pro-ISIS menyerbu Marawi, sebuah daerah di selatan Filipina. Menurut kabar terakhir, Kamis (25/5), sebanyak 21 orang tewas dalam penyerbuan tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga menyerang gereja dan menculik staf gereja.
Ketegangan tersebut berawal dari pihak pasukan keamanan Filipina yang menggerebek tempat persembunyian Isnilon Totoni Hapsilon atau dikenal dengan nama lain Abu Abdullah al-Filipini. Namun upaya tersebut gagal dilakukan. Pasukan Isnilon gantian menyerbu Marawi dan mengambil alih kota tersebut.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte kemudian memberlakukan status darurat militer selama 60 hari ke depan.
Isnilon Hapsilon adalah salah satu teroris yang paling dicari di Amerika Serikat. Negeri Paman Sam bahkan menawarkan uang untuk kepala pria lahir di Lantawan, Basilan, Filipina pada 18 Maret 1966 ini. Berdasarkan informasi di laman www.fbi.gov dan www.rewardforjustice.net, kepala Isnilon dihargai lima juta dolar AS.
Hapsilon juga dikenal sebagai pemimpin senior di kelompok Abu Sayyaf, sebuah kelompok teroris yang beroperasi di selatan Filipina. Hapilon juga terintegrasi denga jaringan teroris dunia, seperti Alqaidah.
Pada tahun 2008, pasukan Filipina membobardir markas Abu Sayyaf dekat Pulau Jolo. Dikabarkan akibat serangan tersebut tangannya mengalami luka.
Hapilon juga dikabarkan mengalami luka pada serangan pasukan Filipina yang dilancarkan pada tahun 2013. Pada tahun 2014, Hapilon tampil di sebuah video dan mengumumkan bahwa ia telah menjadi bagian dari ISIS.