Sabtu 27 May 2017 21:54 WIB

Akhirnya Mogok Makan Massal Tahanan Palestina di Israel Berakhir

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Angga Indrawan
Salah seorang tahanan Palestina di penjara Israel (ilustrasi).
Foto: Presstv.ir/ca
Salah seorang tahanan Palestina di penjara Israel (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM  -- Aksi mogok makan tahanan Palestina di penjara Israel akhirnya berakhir setelah 41 hari mereka menjalankan aksinya. Hal itu karena Israel menawarkan kesepakatan kompromi untuk memenuhi beberapa tuntutan dari para pelaku protes.

Kesepakatan tersebut terjadi tepat saat malam bulan Ramadhan. Sekitar 800 tahanan Palestina yang dipimpin oleh Marwan Barghouti akan mengakhiri aksi protes mereka dengan imbalan hak kunjungan yang lebih baik. Ini menunjukkan sebuah kesuksesan yang jarang terjadi di pihak Palestina.

Sebelumnya Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan mendesak agar mereka berhenti, karena pihaknya tidak akan menyerah terhadap tuntutan para  demonstran.

Barghouti adalah orang Palestina yang paling terkenal di Israel. Ia adalah pemimpin gerakan Fatah yang dihukum karena pembunuhan dan dijatuhi hukuman lima syarat hidup pada 2004. Ia melakukan pembunuhan terhadap orang Israel selama intifadah atau pemberontakan Palestina kedua.

Resolusi tersebut juga muncul di tengah adanya laporan yang menyebutkan utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk masalah perdamaian Timur Tengah Jason Greenblatt, membahas pemogokan tersebut dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Kamis lalu.  

Juru bicara layanan penjara Israel Nicole Englander mengatakan bahwa demonstrasi tersebut berakhir setelah Israel mengakhiri sebuah kesepakatan dengan Otoritas Palestina dan Palang Merah untuk menerima kunjungan keluarga tahanan dua kali setiap bulannya. Adapun dua tuntutan utama tahanan tersebut adalah untuk kunjungan yang lebih sering dan agar narapidana diizinkan berbicara dengan keluarga mereka melalui telepon umum di bawah pengawasan.

Menurut Kepala Urusan Tahanan otoritas Palestina Issa Qaraqe, kesepakatan tersebut tercapai setelah melakukan perundingan selama 20 jam. The Guardian, Sabtu (27/5), melaporkan bahwa sebelumnya, pada Kamis lalu dokter dari ICRC mengunjungi tahanan. Mereka mengkhawatirkan kondisi kesehatan para tahanan yang telah melalui 41 hari tanpa makan.

Pemogokan tersebut juga didukung oleh warga Palestina. Juru bicara Organisasi Pembebasan Palestina Xavier Abu Eid mengeluarkan sebuah pernyataan pada Sabtu (27/5) waktu setempat bahwa upaya mogok makan telah menang. “Ini adalah langkah penting  untuk menghormati sepenuhnya hak-hak tahanan Palestina di bawah hukum internasional,” ujarnya dalam pernyataan tersebut.

Lebih dari 6.000 warga Palestina saat ini dipenjara di Israel karena pelanggaran yang terkait dengan konflik Israel-Palestina. Dakwaan yang mereka terima mulai dari lemparan batu hingga kepemilikan senjata dan serangan yang membunuh dan melukai warga sipil dan tentara Israel.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement