REPUBLIKA.CO.ID, Media syiar dan dakwah Islam bisa dilakukan melalui beragam cara. Salah satunya melalui media seni kaligrafi Alquran.
Di Indonesia, pengembangan dan pelatihannya cukup pesat. Tempat yang menjadi rujukan antara lain di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang berada di Jalan Bhineka Karya Nomor 53 Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Setiap tahunnya, pesantren tersebut mendidik ratusan santri dari hampir semua provinsi di Indonesia dan bahkan melatih para santri dari luar negeri.
Pada Ramadhan ini, di pesantren tersebut terdapat sebanyak 145 santri yang berasal dari 24 provinsi di Indonesia antara lain Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan. Selain itu ada lima orang santri yang berasal dari luar negeri yakni Malaysia.
"Para santri tersebut mengikuti program pendidikan dan pelatihan selama satu tahun," ujar Ketua Bidang Administasi dan Kepengasuhan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Ohan Jauharudin kepada Republika Kamis (1/6). Mereka telah menjalani pendidikan sejak Agustus 2016 lalu. Di awal Ramadhan 1438 Hijriah ini kata dia ratusan santri ini tengah menjalani ujian akhir untuk tahap akhir program.
Banyaknya santri dari berbagai daerah dan luar negeri belajar ke Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka ungkap Ohan, disebabkan karena pesantren ini sudah cukup dikenal dalam bidang kaligrafi. Ia menerangkan, pesantren tersebut telah berdiri sejak 1998 lalu.
Sebelum berdiri pesantren, ujar Ohan, terlebih dahulu ada lembaga kaligrafi Alquran (Lemka) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta Ciputat pada tahun 1985. Pada saat itu dimulai dengan kursus kaligrafi dan pembinaan yang minat kaligrafi.
"Dalam perjalanannya kami ingin mengembangkan kaligrafi secara lebih luas, sehingga ada rencana mendirikan pesantren kaligrafi Alquran pada 1998," tutur Ohan. Hasilnya, setelah mencari lahan akhirnya terpilih lokasi pesantren berada di Kota Sukabumi.
Sejak berdiri hingga 2017 ini terang Ohan, jumlah lulusan santri pesantren kaligrafi Alquran mencapai sebanyak 3.000 orang yang tersebar hampir di semua provinsi. Selain itu banyak juga lulusan pesantren dari luar negeri seperti Oman, Malaysia, dan Brunai Darussalam.
Selama di pesantren ungkap Ohan, para santri diberikan materi pembinaan kaligrafi seperti tujuh macam khat atau tulisan yakni Naskah, Tsuluts, Farisi, Diwani, Kufi, Riqah dan Diwani Jali. Dari tujuh khat ini kata ini ada materi pengembangan yakni cabang hiasan mushaf yang sering digunakan untuk cover Alquran.
Cabang kaligrafi ini memadukan ornament dan pewarnaan dengan menggunakan pena. Cabang kedua yakni dekorasi yang memadukan sejumlah ornamen dan media melukisnya kuas.
Ketiga, cabang naskah murni hitam putih murni tanpa ada ornamen dan pewarnaan. Terakhir, cabang kaligrafi kontemporer yang merupakan jenis kaligrafi dengan media kanvas. Di mana, huruf bisa diolah atau divariasikan dengan berbagai berbentuk seperti awan, batu atau pohon. Syaratnya antara tulisan dengan lukisan harus berkaitan dengan maknanya.
Menurut Ohan, para santri dan lulusan Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka banyak menorehkan prestasi baik dalam maupun luar negeri. Contohnya pada ajang kaligrafi Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional sebagian vesar finalisnya berasal dari Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. Namun kata dia mereka membawa daerah asalnya masing-masing.
Salah seorang santri pesantren kaligrafi dari Aceh Nisfa Juwita (22 tahun) mengatakan sudah empat tahun lebih menggali ilmu di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka. "Saya menguasai kaligrafi cabang mushaf yang dilombakan pada ajang MTQ," ujar dia.
Nisfa mengatakan, sudah memenangkan sejumlah perlombaan dalam ajang kaligrafi tingkat nasional. Kini kata dia ia juga menjadi salah satu pengurus di pesantren tersebut.
Sementara itu salah seorang santri dari Malaysia, Siti Aisyah (24) mengatakan, ia bersama empat santri dari Malaysia sengaja datang ke Indonesia untuk belajar kaligrafi. "Sebelumnya juga ada teman dari Malaysia belajar di sini dan bercerita pengalamannya," ujar dia, di tengah kesibukannya menjalani ujian kaligrafi.
Siti mengatakan, ia memang tertarik pada bidang kaligrafi sejak dulu dan ingin mendalaminya di Indonesia. Ia merupakan santri angkatan ke empat dari Malaysia yang belajar kaligrafi di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka di Sukabumi.