REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Para petempur asing sedikitnya dari lima negara diketahui berjuang bersama para pemberontak yang bertempur melawan pasukan pemerintah di Filipina selatan.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan delapan petempur warga asing di antaranya tewas dalam pertempuran tersebut, Kamis (1/6). Dia mengatakan dalam jumpa pers, para petempur asing dari Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, Yaman dan Chechen diketahui meninggal di kota Marawi pekan lalu. Terdapat delapan warga asing yang meninggal dalam pertempuran bersama para pemberontak.
Sebanyak 61 militan dinyatakan tewas di tangan tentara Filipina. Sementara pasukan Filipina dilaporkan telah kehilangan 15 tentara dan tiga anggota polisi.
Kelompok Maute, yang berbasis di Lanao del Sur, Provinsi Mindanao, dibentuk oleh dua saudara laki-laki bernama Omarkhayam dan Abdullah. Mereka beralih ke gerakan setelah belajar di sekolah Islam saat bekerja di Timur Tengah. Keduanya adalah etnis Muslim mayoritas yang berada di Mindanao tengah.
Militan Maute melakukan serangan setelah pasukan keamanan Filipina mencoba menangkap Isnilon Hapilon, yang ditunjuk oleh ISIS sebagai "emir" cabang Asia Tenggara. Pasukan Filipina dianggap telah meremehkan kekuatan militan Maute, sehingga penangkapan Hapilon berujung kekacauan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pihak angkatan bersenjata dan polisi Filipina telah menyetujui proses evakuasi 16 Warga Negara Indonesia (WNI) di wilayah Marawi City. "AFP armed forces dan PNP polisinya akan memberikan save conduct pass kepada tim evakuasi," kata Menteri Retno kepada wartawan di Lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (31/5).