REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Kenaikan tarif listrik kembali memicu laju inflasi pada bulan Mei 2017 di Kabupaten Jember. Angka inflasi menjadi 0,36 persen yang ditunjukkan oleh kenaikan indek harga konsumen dari Maret 2017 sebesar 124,78 persen menjadi sebesar 125,23 persen pada Mei 2017.
"Dampak kenaikkan tarif listrik menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di Jember, yakni untuk pemakaian daya listrik 900 Volt Ampere bagi pelanggan listrik prabayar," kata Kasi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Jember Candra Bhirawa saat menggelar pers release di Kantor BPS setempat, Jumat (2/6).
Selama Januari hingga Mei 2017, tarif listrik merupakan komoditas tertinggi yang mempengaruhi laju inflasi di Jember. Itu seiring dengan kebijakan pemerintah mengurangi subsidi tarif listrik secara bertahap.
"Kebijakan pemerintah menghapus subsidi tarif listrik tahap tiga pada golongan daya 900 VA mulai tanggal 1 Mei 2017, dari Rp 1.034 naik menjadi Rp 1.352 atau mengalami kenaikan sebesar 31 persen memberikan sumbangan inflasi 0,12 persen," katanya.
Selain tarif listrik, kata dia, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi yakni telur ayam ras, BBM, daging ayam ras, tomat sayur, bawang putih, kacang panjang, pindang asin, bayam, dan wortel. "Permintaan telur ayam ras, daging ayam ras, dan tomat sayur yang meningkat menjelang bulan Ramadhan dan Kenaikkan Isa Almasih juga menyebabkan harga mengalami kenaikkan dan mendorong terjadinya inflasi di Jember," katanya.
Candra mengatakan, terbatasnya stok bawang putih di pasar, serta meningkatnya permintaan membuat harga bawang putih terus naik dan turut menjadi pendorong utama terjadinya inflasi bulan Mei 2017. "Kelangkaan bawang putih disebabkan karena kebutuhan bawang putih di Indonesia masih sangat tergantung dari bawang putih impor, khususnya dari Cina," katanya.
Selain komoditas yang menyumbang inflasi, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di Jember adalah gula pasir, bawang merah, obat dengan resep, tarif pulsa ponsel, nangka muda, jeruk, beras, cabai rawit, emas perhiasan, dan kangkung. "Kebijakan pemerintah yang menetapkan HET gula pasir sebesar Rp 12.500 baik di pasar tradisional maupun pasar modern berjaringan memberikan andil terhadap deflasi di Jember," katanya.
Dari delapan Kota Indeks Harga Konsumen di Jawa Timur, semua kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Malang sebesar 0,82 persen, diikuti Kabupaten Sumenep (0,66 persen), Kota Madiun (0,58 persen), Kota Kediri (0,50 persen), Kota Surabaya (0,39 persen), Kota Probolinggo (0,37 persen), Kabupaten Jember (0,36 persen), dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,33 persen. Pada bulan Mei 2017, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,48 persen dan nasional mengalami inflasi sebesar 0,39 persen.