REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina menyatakan keprihatinannya atas beberapa kekuatan Arab yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Pemerintah mengakui kemungkinan kondisi tersebut juga akan berpengaruh terhadap pekerja Filipina luar negeri di Qatar.
“Instansi pemerintah prihatin melihat masalah ini dan akan memberikan bantuan serta dukungan lainnya untuk pekerja Filipina luar negeri yang mungkin terpengaruh oleh tindakan tersebut,” kata juru bicara kepresidenan Ernesto Abella dalam sebuah konferensi pers Selasa (6/6).
Duta besar Filipina untuk Qatar Alan Timbayan memperingatkan para pekerja Filipina luar negeri yang berbasis di Qatar tetap tenang menanggapi situasi ini karena telah melakukan pemantauan ketat terhadap situasi tersebut.
Baca: Panik, Warga Qatar Berbondong-bondong Belanja Stok Makanan
Menurut data dari Kementerian Luar Negeri Qatar, yang dikutip ABS-CBN News, Selasa (6/6), Doha merupakan rumah bagi sekitar 220 ribu pekerja Filipina.
Selain itu Timbayan juga menyeru kepada wisatawan Filipina di Qatar segera berkonsultasi dengan agen perjalanan mereka dan mengurus administrasi yang diperlukan mengingat beberapa maskapai seperti Etihad Airways, Emirates Airlines dan maskapai regional lainnya menunda penerbangan ke dan dari kerajaan.
Negara-negara Arab termasuk Arab Saudi dan Mesir pada Senin (5/6) waktu setempat memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar karena menuduh Qatar mendukung ekstremisme. Ini merupakan krisis diplomatik terbesar yang melanda kawasan tersebut selama bertahun-tahun. Bahrain, Uni Emirat Arab, Yaman dan Maladewa juga bergabung melakukan pemutusan hubungan diplomatik dnegan negara yang kaya gas itu.
Qatar menanggapi pemutusan hubungan diplomatik itu dengan kemarahan. Qatar menolak tuduhan dukungan apa pun terhadap ekstremis. Qatar justru menuduh negara-negara tetangganya di Teluk Arab berusaha menempatkan negaranya di bawah pengawasan.