Rabu 07 Jun 2017 09:31 WIB

Perdagangan LNG Dunia akan Terganggu

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
terminal LNG (ilustrasi)
Foto: seashipnews.com
terminal LNG (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Gejolak hubungan diplomatik Qatar dan empat negara Arab lainnya dikhawatirkan mengganggu perdagangan gas alam cair (LNG). Sehari setelah pemutusan hubungan diplomatik tersebut, armada kapal milik Doha langsung dilarang mengunakan pelabuhan regional sehingga dapat mengancam kegiatan perdagangan LNG.

Dilansir Reuters, Rabu (7/6), para trader LNG khawatir, negara-negara Arab tersebut akan menolak pengiriman pengiriman LNG dari negara Teluk. Sementara, tidak menutup kemungkinan Mesir akan melarang kapal-kapal tanker dari Qatar melewati Terusan Suez untuk menuju Eropa.

Untuk diketahui, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Bahrain telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Perpecahan ini dinilai sebagai yang terburuk dikalangan negara-negara Arab dalam beberapa dasawarsa terakhir.

Akibat pemutusan hubungan diplomasi tersebut, Qatar tidak dapat menjual minyak mentah ke negara-negara Teluk. Biasanya kapal tanker menggabungkan pengiriman minyak mentah Qatar bersama dengan Kuwait, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Oman sebelum berangkat dari Teluk.

Selain itu, pemutusan hubungan diplomatik ini menyebabkan kapal-kapal tanker minyak, bahan kimia, dan LNG dari Qatar harus meninggalkan perairan Uni Emirat Arab atau bahkan terpaksa berhenti di tengah laut lepas.

Selain itu, kapal-kapal pengangkut minyak dan LNG Qatar juga dilaang untuk mengisi bahan bakar di Pelabuhan Fujairah, Uni Emirat Arab. Sehingga, kapal-kapal tersebut harus menemukan titik pengisian bahan bakar baru dengan biaya yang lebih besar.

Pelabuhan Fujairah merupakan salah satu pelabuhan terpemting di dunia untuk pasar energi global. Pelabuhan ini merupakan penghubung bagi perdagangan minyak dan gas dari negara-negara Teluk ke Asia, Amerika Serikat, dan Eropa.

Larangan tersebut otomatis menghentikan pengiriman LNG yang diproduksi Qatar ke negara Teluk. Beberapa sumber mengatakan, Royal Dutch Shell memiliki kesepakatan dengan Dubai Supply Authority untuk mengirimkan tiga kargo LNG per bulan dari Qatar.

"Ini seharusnya tidak mempengaruhi pasar, Shell hanya perlu mengimpor LNG dari tempat lain untuk dikirim ke Dubai," ujar salah satu trader LNG.

Trader LNG juga harus mewaspadai kemungkinan larangan masuknya kapal tanker Qatar ke Terusan Suez. Sampai saat ini Pemerintah Mesir memang belum membuat pernyataan resmi.

Namun, pejabat otoritas Terusan Suez mengatakan, berdasarkan kesepakatan internasional, Kairo mengizinkan semua kapal kecuali yang berasal dari negara-negara yang berperang dengan Mesir. Tahun lalu Qatar memproduksi 60 persen dari seluruh LNG yang diimpor oleh Mesir.

Pemutusan hubungan diplomatik negara-negara Arab dengan Qatar juga berpengaruh terhadap ekspor aluminium. Produksi aluminium Qatar sebagian dimiliki oleh Norsk Hydro Norwegia.

Mereka kehilangan akses ke Pelabuhan Jebel Ali, yang biasanya digunakan untuk operasional ekspor. Hambatan ini tentu saja akan berdampak pada wilayah lainya seperti Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, serta berpotensi menimbulkan malapetaka bagi rantai pasik global.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement