Rabu 30 Oct 2019 06:39 WIB

Emir Kuwait Serukan Krisis Teluk Diakhiri

Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir mengembargo Qatar sejak 2017.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al Sabah.
Foto: REUTERS/Carlo Allegri
Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al Sabah.

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY -- Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah menyerukan agar sengketa diplomatik dengan Qatar segera diakhiri. Sejak pertengahan 2017, Qatar diembargo oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir.

Menurut Sheikh Sabah, perselisihan antara negara-negara tersebut sangat melemahkan persatuan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). GCC beranggotakan enam negara, yakni Qatar, UEA, Saudi, Oman, Kuwait, dan Bahrain.

Baca Juga

“Sangat penting untuk menarik perhatian Anda pada kerusuhan yang melanda wilayah kita yang menimbulkan ancaman dan dampak besar, tidak hanya pada stabilitas dan keamanan kita, tapi juga generasi mendatang,” kata Sheikh Sabah, Selasa (29/10), dikutip laman Aljazirah.

Dia mengaku tak dapat menerima perselisihan yang sedang berlangsung di antara negara-negara GCC. “Ini telah melemahkan kemampuan kita dan merusak keuntungan kita,” ujarnya.

Ini merupakan penampilan publik perdana Sheikh Sabah. Dia baru saja kembali ke negaranya pada 16 Oktober setelah menjalani perawatan di Amerika Serikat (AS).

Krisis Teluk terjadi pada Juni 2017, yakni ketika Saudi dan sekutunya menuding Qatar mendukung kegiatan terorisme serta ekstremisme di kawasan. Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha. Mereka juga memboikot negara tersebut.

Keempat negara mengajukan 12 tuntutan jika Qatar ingin memulihkan hubungannya. Tuntutan itu antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup media Aljazirah.

Qatar membantah tudingan yang dilayangkan oleh keempat negara tersebut. Ia pun menolak memenuhi tuntutan Saudi dan sekutunya karena dianggap tak masuk akal.

AS, termasuk Kuwait, telah berupaya memediasi dan mendamaikan negara-negara terkait. Namun usaha tersebut tak membuahkan hasil.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement