REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash mengatakan tidak ada negosiasi apa pun dengan Qatar terkait pemutusan hubungan diplomatik kedua negara, Rabu (7/6).
Pernyataannya tersebut menyiratkan isolasi negara Arab terhadap Qatar tidak akan melonggar. Berbicara dalam wawancara yang langka, Gargash mengatakan kepada Associated Press, Qatar memilih ekstremisme dan terorisme, dan harus membayar harganya.
Gargash mengatakan Qatar tentu saja harus mendepak anggota Hamas, berhenti mendukung kelompok yang terkait Alqaidah di dunia dan setop membiayai media yang terkait teror, termasuk Aljazirah.
Meski menghargai upaya Kuwait yang menjadi penengah krisis, dia mengatakan Emirat dan Saudi berencana tidak menyetujui apa pun terhadap Qatar. Sidik jari mereka bertebaran di pembiayaan teror. "Sudah cukup," katanya.
Baca: Keluarga Kerajaan Qatar Masuk Daftar Teror 4 Negara Teluk
Pejabat Qatar menolak mengomentari pernyataan Gargash. Menteri luar negeri Qatar menghadapi wawancara dengan tenang.
Kepada AP, Gargash membeberkan sejumlah kelompok teror yang ia duga dibiayai Qatar, termasuk cabang Alqaidah di Suriah dan Somalia, militan di Semenanjung Sinai Mesir dan kelompok terkait Alqaidah lain di Libya. Gargash tidak menunjukkan dokumen untuk memperkuat klaimnya.
Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir dan Gargash mengungkap sebenarnya mereka mengeluhkan Qatar sejak bertahun-tahun lalu. Mereka kecewa dengan kebijakan Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani.
Sheikh Hamad menjadi emir melalui kudeta istana pada 1995 dan memperluas kehadiran negaranya di kancah internasional dengan bernegosiasi untuk membebaskan sandera, menjalin hubungan diplomatik singkat dengan Israel, menjadi tuan rumah kantor Taliban dan menciptakan media Aljazirah.