Kamis 15 Jun 2017 16:24 WIB

Legislator: TNI Harus Sinergi dengan Nelayan untuk Cegah ISIS

Rep: Ali Mansur/ Red: Ratna Puspita
Martin Hutabarat.
Foto: MPR
Martin Hutabarat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Martin Hutabarat mengatakan TNI dan Kementerian Pertahanan (Kemhan) harus bisa bersinergi dengan para nelayan dan masyarakat di perbatasan untuk mencegahnya masuknya militan pro-ISIS di Marawi, Filipina. 

"Bagaimana kalau ratusan teroris datang ke Indonesia, butuh berapa tahun lagi untuk mengatasinya," kata Martin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (15/6).

Martin mengatakan Indonesia memiliki daerah dan perbatasan yang sangat luas sehingga sangat rawan untuk disusupi oleh militan pro ISIS dari Filipina. 

Anggota kelompok militan memiliki kemampuan untuk masuk wilayah Indonesia melalui laut atau menerobos hutan. Lautan dan hutan Indonesia yang luas bakal menyulitkan pengawasan kalau TNI hanya mengandalkan kekuatan sendiri. 

Martin mengatakan pemerintah juga bisa membangun sinergi dengan negara tetangga. Kemenhan dan TNI bisa berkomunikasi menteri pertahanan dan panglima tentara di negara-negara ASEAN lainnya. 

"Masuk hutan-hutan karet apalagi hutan-hutan kita kan luas, jadi kita dukung kerjasama negara-negara tetangga dengan tentara kita karena ini untuk menjaga negara kita," kata Martin. 

Karena itu, dia sangat setuju dengan rencana Kementerian Pertahanan (Kemenhan) melakukan pertemuan dengan Kemenhan empat negara Asean. Menurut Martin, pertemuan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan pascapertempuran antara tentara militer Filipina dan militan pro ISIS di Marawi. "Sebab tidak menutup kemungkinan para militan itu melarikan diri dan masuk ke wilayah Indonesia," kata dia. 

Lima negara yang akan melakukan pertemuan di Tarakan, Kalimantan Utara pada Senin (19/6) mendatang, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Brunei Darussalam. 

Martin mengatakan melalui pertemuan itu, lima negara bisa bersepakat untuk melakukan kerjasama menjaga perbatasan, termasuk tukar-menukar informasi. "Harus cepat karena mereka (teroris) berpindah-pindah. Karena memang ancaman teroris di Filipina ini tidak main-main, ini nyata," ujar Politikus Partai Gerinda ini. 

Sebelumnya, menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menyatakan pertemuan lima menteri pertahanan itu sebagai langkah antisipasi masuknya ISIS ke Indonesia dari Filipina. Saat ini, wilayah Sulawesi Utara (Sulut) sudah siaga satu karena berdekatan dengan wilayah Filipina. 

Sebenarnya, dia sendiri sudah memperkirakan sejak 1,5 tahun yang lalu, bahwa ISIS akan muncul di Indonesia. "Maka dari itu kita harus meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman ISIS ini. Termasuk berkomunikasi dengan negara lain," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement