REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri hadir memberikan pidato pada peringatan haul presiden pertama, Sukarno. Acara haul tersebut dibarengi dengan peluncuran buku karya Ahmad Basarah dengan judul "Bung Karno, Islam, dan Pancasila” di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/6).
Dalam kesempatan itu, Megawati bercerita bagaimana rezim terdahulu melarang segala sesuatu yang berbau Sukarno. Bahkan, dirinya mengaku tidak bisa kuliah karena dilarang, sebab dia adalah anak kandung Sukarno.
"Mendatangkan ketakutan, jangan coba-coba sebut-sebut nama itu (Sukarno) tabu. Sampai saya pun yang maunya kuliah dan kebetulan saya adalah anak biologis dari Bung Karno itu dikeluarkan, tidak boleh. Masa-masa seperti itu berjalan bertahun-tahun, Pancasila itu dirumahkan dibuat demikian rupa," keluh Megawati, di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (21/6).
Megawati melanjutnya ceritanya, dia mengaku pernah mendapatkan pertanyaan yang sulit dilupakan. Ketika itu dia menjadi pembicara pada satu forum di Sesko ABRI, sekitar tahun 1993-an, di Bandung. Saat itu dia sudah menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan. Setelah dia selesai memberikan kuliah lalu ada sesi tanya jawab, dan seorang perwira memberikan pertanyaan yang sangat mengejutkan dirinya.
"Bagaimanakah menurut Ibu orang yang bernama Sukarno? Apakah dia seorang pengkhianat?" kata Megawati menirukan seorang Perwira. Saya betul-betul kaget, dia seorang Perwira loh," katanya.
Untuk menjawab pertanyaan Perwira itu, Megawati melepaskan jaketnya, karena dia hendak menjawab pertanyaan itu sebagai seorang anak dari Bung Karno bukan ketua umum partai. Oleh karena itu, dia melepaskan jaket kepartaiannya. "Saya Megawati Soekarnoputri, anak Bung Karno, saya tahu persis ayah saya bukanlah pengkhianat bangsa!" jawab Megawati dengan sangat tegas dan lantang.
Kemudian, susana forum pun menjadi sunyi. Setelah acara forum itu selesai. Para peserta forum, terang Megawati, mengerubungi dirinya. Lalu mereka meminta maaf atas pandangannya terhadap Sukarno. "Saya bilang minta maaf ke proklamator (Sukarno)," ungkapnya.