Kamis 22 Jun 2017 15:02 WIB

Terungkap, Kekejaman Penjara Yaman

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Penjara (ilustrasi)
Foto: pixabay
Penjara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MUKALLA -- Ratusan pria yang ikut ditahan dalam operasi perburuan militan Alqaidah, telah dinyatakan hilang dalam sejumlah penjara di Yaman selatan. Menurut hasil penyelidikan yang diungkap Associated Press (AP) pada Rabu (21/6), mereka diduga mendapatkan penyiksaan ekstrem di dalam penjara.

AP mencatat sedikitnya ada 18 penjara rahasia di Yaman selatan yang dikelola oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan dijaga oleh pasukan Yaman yang dilatih oleh negara Teluk tersebut. Penyelidikan ini didukung oleh kesaksian dari mantan tahanan, keluarga tahanan, pengacara hak sipil, dan pejabat militer Yaman.

Seluruh informasi didapat adalah informasi terlarang yang disembunyikan oleh pemerintah Yaman. Dalam perang saudara yang telah terjadi selama dua tahun terakhir, Yaman diketahui telah banyak mendapatkan bantuan dari UEA.

Penjara-penjara rahasia itu dilaporkan terletak di dalam pangkalan militer, pelabuhan, bandara, vila pribadi, dan bahkan di dalam kelab malam. Menurut Menteri Dalam Negeri Yaman Hussein Arab, beberapa tahanan di penjara-penjara itu ada juga yang diterbangkan ke penjara di Eritrea, UEA, dengan melintasi Laut Merah.

Pengacara dan keluarga tahanan mengungkapkan, sekitar 2.000 orang telah dinyatakan hilang di dalam penjara rahasia tersebut. Lebih dari 400 orang hilang setelah ditangkap di Mukalla dan sekitar 1.500 orang juga ikut hilang setelah ditahan di Aden.

Jumlah yang cukup banyak itu telah memicu protes dari anggota keluarga yang meminta adanya informasi segera mengenai keberadaan anak, saudara, dan ayah mereka yang turut hilang.

Di salah satu kompleks penjara rahasia di Bandara Riyan di Kota Mukalla, sejumlah mantan tahanan mengatakan mereka terperangkap dalam sebuah kontainer pengiriman yang diolesi tinja dan ditutup matanya selama berminggu-minggu. Mereka juga mengaku dipukuli dan dilecehkan secara seksual.

"Kami bisa mendengar suara jeritan. Setiap sudut diliputi ketakutan. Hampir semua orang kesakitan dan sebagian besar hampir mati. Siapapun yang mengeluh dengan kondisi penjara, langsung dibawa ke kamar penyiksaan," ujar seorang mantan tahanan yang mengaku telah dipenjara di Bandara Ryan selama enam bulan.

"Kami dicambuk dengan kabel, aksi pemukulan ini sering dilakukan oleh penjaga terhadap semua tahanan. Petugas juga menyalakan api di bawah kontainer berbahan logam, sehingga tahanan merasa terpanggang," jelasnya.

Seperti mantan tahanan lainnya, pria ini bersaksi secara anonim, karena takut kembali dijebloskan ke penjara. AP mewawancarai dia secara langsung di Yaman sesaat setelah ia dibebaskan dari penjara.

Pemerintah UEA juga menyangkal tuduhan penyiksaan tahanan itu. "Tidak ada pusat penahanan rahasia dan tidak ada penyiksaan terhadap tahanan selama interogasi," ujar pemerintah UEA dalam pernyataan resmi.

Fasilitas penjara rahasia merupakan fasilitas yang didirikan oleh CIA untuk menginterogasi tersangka terorisme pascaserangan 11 September. Namun, pada 2009, Presiden AS Barack Obama membubarkan penjara tersebut.

Hanya saja, fasilitas penjara rahasia di Yaman yang dikelola UEA dan dibentuk pada masa pemerintahan Obama, masih terus beroperasi sampai hari ini. "UEA adalah salah satu negara yang terlibat dalam program penyiksaan teroris yang diinisiasi CIA," ujar profesor hukum di New York University, Ryan Goodman, dikutip New York Times.

UEA adalah bagian dari koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan didukung oleh AS. Koalisi ini dimaksudkan untuk membantu pemerintah Yaman memerangi pemberontak Syiah yang dikenal sebagai Houthi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement