Ahad 25 Jun 2017 16:05 WIB

Menag : Lanjutkan Apa yang Sudah Dilakukan Selama Ramadhan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifuddin
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, menitipkan pesan agar pribadi masing-masing saat Ramadhan tetap terjaga. Ia berharap, Idul Fitri jadi momentum dilanjutkannya kepribadian selama menjalani Bulan Suci Ramadhan.

"Momentum baik bagi kita semua untuk betul-betul bisa kembali melanjutkan apa yang sudah dilakukan di Ramadhan," kata Lukman saat ditemui Republika.co.id di sela-sela halal bihalal di rumah dinasnya, Ahad (25/6).

Terlebih menurut Lukman, selama sebulan masyarakat telah menjalani berbagai latihan menempa dan mengendalikan diri. Termasuk, untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya apalagi perbuatan tercela selama menjalani Ramadhan.

Untuk itu, ia mengingatkan, Idul Fitri harus menjadi titik tolak masing-masing melaksanakan latihan-latihan itu untuk seterusnya. Lukman mengatakan, langkah itu akan mampu mengembalikan manusia kepada kesucian, fitrah dan hakikatnya yaitu sebagai mahluk sosial.

"Manusia hakikatnya mahluk sosial yang seharusnya, sangat memperhatikan kepentingan sosial dan kepentingan sesamanya," ujar Lukman.

Lukman sendiri melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal bersama Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla dan Ketua MPR Zulkifli Hasan. Setelah itu, ia menggelar halal bihalal di rumah dinasnya yang dihadiri tokoh-tokoh lintas agama yang berlangsung hangat.

Mulai dari Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Ketua Umum Walubi, Ketua Umum Matakin, Ketua Umum NSI dan tokoh-tokoh lintas agama menghadiri halal bihalal. Halal bihalal turut dihadiri pejabat-pejabat di Kementerian Agama, baik yang masih menjabat maupun yang sudah digantikan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement