REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengusulkan kompensasi bagi warga yang tidak mudik. Hal ini menurutnya dapat dilakukan untuk mengurangi kepadatan lalu lintas para pemudik.
Djoko mengungkapkan setiap tahun pemerintah berupaya meningkatkan layanan bagi pemudik lebaran, baik peningkatan kapasitas sarana maupun prasarananya. Namun, upaya itu juga mengalami keterbatasan, baik keterbatasan finansial maupun waktu.
"Sebanyak apapun yang disediakan pasti kurang. Oleh sebab itu, perlu juga untuk mengekang calon pemudik agar tidak ikut mudik," kata Djoko kepada Republika.co.id, Kamis (29/6).
Menurut Djoko, strategi itu dapat dilakukan dengan memberikan kompensasi bagi warga yang tidak ikut mudik. Misalnya, dengan memberi layanan gratis tol dalam kota Jakarta, gratis menggunakan bus Transjakarta, dan KRL Jabodetabek.
Djoko menambahkan, para perantau ibu kota tetap dapat mudik sebelum atau setelah lebaran, hanya saja tidak saat puncak arus mudik lebaran. Setidaknya, tidak ikut mudik bersama dapat mengurangi kepadatan lalu lintas, terutama yang menggunakan kendaraan bermotor pribadi. "Ini bentuk kompensasi buat warga yang tidak ikut mudik. Mengenai teknis operasionalnya, dapat dilakukan berikutnya," ujar Djoko.