Sabtu 01 Jul 2017 06:12 WIB

UEFA Pertimbangkan Pembatasan Gaji Pemain

Presiden UEFA Aleksander Ceferin
Foto: EPA/MARTIAL TREZZINI
Presiden UEFA Aleksander Ceferin

REPUBLIKA.CO.ID, LJUBLJANA - Badan sepak bola Eropa, UEFA, akan mempertimbangkan secara serius untuk memperkenalkan pembatasan gaji, untuk membantu level permainan di olahraga ini, kata presidennya seperti dikutip pada Jumat (30/6).

Pembatasan itu akan ditujukan sebagai jembatan celah besar antara klub-klub terkaya Eropa dan sisanya, serta mencegah tim-tim papan atas menimbun pemain dalam daftar gajinya."Klub-klub terkaya bertambah kaya dan celah antara mereka dan sisanya semakin besar," kata presiden UEFA Aleksander Ceferin kepada Mladina, majalah mingguan yang berbasis di Ljubljana.

"Pada masa yang akan datang, kami akan harus mempertimbangkan secara serius kemungkinan membatasi bujet klub untuk gaji para pemain," tambahnya, tanpa memberikan kerangka waktu yang spesifik.

Mengenai masalah anggota skuad yang membengkak, ia mengatakan banyak klub elit membeli pemain yang tidak mereka butuhkan dan yang berakhir di tempat yang tidak jelas. "Diperkenalkannya pembatasan gaji akan memaksa klub-klub untuk lebih rasional. Ini akan menjadi pertempuran besar dan memenanginya dalam opini saya akan mewakili perubahan bersejarah," ujarnya Ceferin seperti dilansir Reuters.

UEFA memperkenalkan regulasi-regulasi Financial Fair Play (FFP), yang dirancang untuk mencegah klub-klub menghabiskan uang lebih banyak daripada pemasukan mereka, pada 2012.

Namun mereka memperhalus peraturan itu tiga tahun kemudian untuk berusaha mendorong investasi baru dan tahan lama di klub sepak bola Eropa.

Ceferin, yang menggantikan Michel Platini sebagai presiden UEFA pada September setelah mantan pemain internasional Prancis itu diskors dari semua kegiatan terkait sepak bola karena pelanggaran kode etik, juga berkata bahwa organisasinya belum memiliki rencana untuk memperkenalkan video asisten wasit pada pertandingan-pertandingan.

Sistem Video Asisten Wasit (VAR) saat ini sedang diuji coba pada Piala Konfederasi di Rusia, sebagai pemanasan untuk Piala Dunia tahun depan. "VAR akan memerlukan banyak pengujian untuk meyakinkan saya," kata pria Slovenia berusia 49 tahun ini.

"Kami tidak menolak teknologi namun UEFA belum memiliki rencana-rencana untuk memperkenalkan Video Asisten Wasit. Untungnya, teknologi garis gawang telah disorot meski terdapat banyak kritik."

"Bagaimanapun, kami tidak boleh merusak irama permainan dengan memeriksa suatu kejadian selama beberapa menit setiap sepuluh menit."

VAR telah digunakan di Piala Konfederasi, di mana juara dunia Jerman dan juara Amerika Selatan akan bertemu pada final Minggu di St Petersburg. Sistem itu telah membantu para wasit untuk mengambil keputusan yang tepat pada sebagian besar kasus, namun juga dikritik karena dianggap mengganggu jalannya permainan oleh sebagian penggemar dan pengamat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement