REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Libur panjang Lebaran sebentar lagi usai. Namun, sebagian orang merasa enggan dan malas untuk kembali bekerja dan masih terkena sindrom liburan.
Psikiater Departemen Kesehatan Jiwa Masyarakat Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan (Grogol) Jakarta Nova Riyanti Yusuf, mengungkapkan keengganan seseorang untuk kembali bekerja setelah liburan bukan karena malas.
"Sebenarnya bukan malas tetapi ada perubahan pola bekerja selama bulan puasa," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (2/7).
Perubahan pola bekerja yang dia maksud seperti suasana kantor kadang lebih permisif, tidak setegang sebelum bulan Ramadhan. Selain itu, ada kantor-kantor yang pulangnya dipercepat. Peningkatan aktivitas spiritual juga terjadi seperti tadarus, tarawih, serta silaturahim buka bersama. "Ini ditambah lagi cuti bersama 10 hari, maka khusus tahun ini akan lebih berat untuk kembali beraktivitas," ujarnya.
Secara psikologis, seseorang disadarkan kembali dengan tuntutan-tuntutan realitas duniawi yaitu kembali berkompetisi. "Terasa berat karena ada 'negative thoughts' atau 'automatic thinking' bahwa kembali bekerja akan menderita, akan banyak kejar deadline," ujarnya.