REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika memasuki bagian dalam Masjid Palm Jumeirah, kesan indah dan menawan juga masih tersirat kuat adanya pengaruh Mamluk. Ini tersaji dari permainan dekoratif yang hanya menghiasi bagian langit-langit masjid saja. Untuk membuat kesan syahdu, di dalam masjid ini digantungkan pula lampu-lampu yang terbuat dari bahan tembaga. Sedangkan, di bagian bawah kubah tergantung sebuah lampu berukuran cukup besar.
Sementara itu, pendekatan kontemporer pada masjid ini lebih tersaji pada pemilihan material bangunannya. Farouk Yaghmour, sang perancang masjid, rupanya lebih memilih material yang terbuat dari bahan marmer, beton, kaca, baja, maupun aluminium. Ia rupanya enggan untuk memakai material masjid tradisional pada umumnya yang biasanya berasal dari bebatuan maupun ornamen alam lainnya.
Menurut Farouk, jika ingin mengadopsi masjid tradisional maka akan dibutuhkan material khusus serta tenaga kerja yang terlatih. ''Jadi, saya pikir mengapa kita harus mengopi masjid-masjid tradisional tersebut? Soalnya, kita akan kesulitan menemukan tenaga dan material tersebut pada saat sekarang ini.''
''Masjid-masjid kontemporer ini sepertinya lebih otentik dan nyata dengan waktu kita sekarang. Itulah sebabnya mengapa saya memilihnya untuk membangun masjid ini pada saat sekarang,'' lanjut Farouk.
Saat awal merancang dengan konsep kontemporer ini, Farouk mengaku sempat mendapat banyak kritik. Sebagian pihak menunjukkan sikap skeptisnya terhadap gaya bangunan modern pada sebuah masjid. ''Tetapi, orang-orang yang menentang itu sekarang bisa menerima dan mereka mendapatkan pesan bahwa sebuah masjid harus juga bisa tampil modern. Saya berharap masjid ini akan menjadi tren di Timur Tengah,'' ujarnya.