REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jendral Minyak dan Gas, IGN Wiratmaja Puja mengatakan pemerintah berencana untuk menjual 16 hingga 18 kargo LNG yang berlum terserap. Keputusan ini diambil mengingat kedepan produksi LNG dalam negeri akan semakin bertambah.
Wirat menjelaskan disatu sisi hal ini menunjukan sinyal positif bahwa Indonesia akan terlepas dari keteragantungan Impor LNG sebagai bahan baku elektrifikasi. Namun, disatu sisi memang minimnya serapan kargo untuk ekspor tersebut menjadi hal yang perlu digenjot oleh pemerintah.
"Tahun ini terdapat 16-18 kargo yang belum terserap dan rencananya akan dijual untuk industri di dalam negeri," ujar Wirat di Gas Indonesia Summit, Rabu (12/7).
Data dari Kementerian ESDM menunjukan bahwa Kargo gas yang tidak terserap ini memang memiliki tren yang terus meningkat. Pada 2014 ada 22 kargo, rinciannya 16 kargo diekspor dan sisanya untuk domestik. Setahun kemudian membengkak jadi 66 kargo, rinciannya 60 kargo diekspor dan 6 kargo untuk dalam negeri. Tahun lalu juga ada 66,6 kargo tidak terserap, rinciannya 43 kargo diekspor dan 23,6 kargo untuk dalam negeri.
"2035 akan ada uncommitted cargo. Bisa 50-60 per tahun," ujar Wirat.
Untuk bisa memaksimalkan daya serap LNG ini pemerintah akan melakukan effort untuk bisa memaksimalkan penyerapan LNG ini. Wirat menjelaskan tidak terserapnya kargo LNG ini karena banyaknya kargo hanya bentuknya komitmen dan belum memiliki kontrak. Jadi mereka bisa membatalkan pembelian gas.
Faktor lainnya adalah peningkatan produksi gas dari hulu, penurunan permintaan dari pembeli, atau adanya pesaing lain yang menawarkan lebih murah dari domestik. “Kami berharap hingga akhir tahun kargo tersebut terserap semua di dalam negeri," tambah Wirat.