REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswi (Fortasi) Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta menegaskan, tidak akan ada perpeloncoan terhadap para siswa baru. Hal tersebut seiring bakal dimulainya kembali kegiatan belajar mengajar tahun ajaran 2017/2018.
‘’Sudah dilakukan ikrar bahwa Fortasi Madrasah Mu’allimaat anti perpeloncoan,’’ kata Wakil Direktur I Kurikulum Madrasah Mu’allimaat, Risfiana, di ruang pertemuan Madrasah Mu’allimaat Yogyakarta, Rabu (12/7).
Pada tahun ajaran ini, madrasah ini menerima sebanyak 216 siswa dari sekitar 400 pendaftar. Mereka berasal dari 33 provinsi. Sehingga, jumlah siswi Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dari kelas I/VII hingga kelas VI/XII sebanyak 1.088 siswi.
Direktur Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta Agustyani Ernawati menjelaskan para siswi baru kelas I/VII Tsanawiyah Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta sudah mulai masuk asrama pada 10-11 Juli.
Adapun 12-13 Juli dimulai kegiatan orientasi kepesantrenan dan bahasa, kemudian pada 15 Juli dilakukan Syawalan dan persiapan Fortasi. Selanjutnya pada 17-20 Juli diselenggarakan Fortasi.
Menurut Ketua Badan Pembina Harian Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Shoimah Kastolani, pendidikan di Madrasah Mu’allimaat dilaksanakan selama enam tahun.
‘’Melalui pendidikan enam tahun bisa mencetak kader Muhammadiyah/ Aisyiyah berjiwa Qurani dan menjadi calon ulama, mu’alim, dan zu’ama,’’kata salah satu ketua PP Aisyiyah ini.
Madrasah Mu’allimaat yang langsung di bawah PP Muhammadiyah sebagai sekolah kader, yang mencetak kader ulama, pimpinan dan pendidik melalui lima kompetensi utama yakni keilmuan, kepribadian, sosial kemasyarakatan, kecakapan, dan gerakan.