REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Kedokteran Australia, kini makin banyak dokter umum di Australia yang meresepkan obat antibiotik. Jumlah mereka 9 kali lebih tinggi dari panduan yang berlaku saat ini.
Studi lima tahun tersebut menunjukkan dokter Australia meresepkan antibiotik secara berlebihan untuk infeksi saluran pernafasan akut seperti bronkitis, influenza dan tonsilitis -dengan keyakinan keliru mereka merawat secara hati-hati. Namun kenyataannya, mereka yang meninggalkan praktik dokter dengan obat yang mungkin tak mereka butuhkan berkontribusi terhadap resistensi global terhadap antibiotik.
Lebih dari 4 juta pasien mungkin menerima obat yang tidak mereka butuhkan. Tetapi jika para dokter mulai meresepkan antibiotik sesuai pedoman nasional Australia, jumlah pil yang diberikan untuk beberapa kondisi akan turun hampir 90 persen.
Profesor Chris Del Mar, dari Universitas Bond di Queensland, memimpin penelitian tersebut dan mengatakan bahwa mereka terkejut dengan hasilnya. "Perbedaannya jauh lebih besar dari yang kami duga," ungkapnya.
"Karena yang kami tahu sebelumnya adalah bahwa dibandingkan dengan negara-negara berkinerja terbaik dalam hal ini -negara-negara seperti Belanda dan Swedia -kami meresepkan dua kali lipat lebih banyak dari jumlah yang mereka berikan untuk kondisi ini."
Profesor Del Mar mengatakan bahwa para dokter bertindak karena sikap hati-hati yang tak semestinya, mengingat banyak kondisi yang memerlukan pengobatan dengan antibiotik memiliki gejala serupa dengan gejala yang tidak memerlukannya.
"Ini sangat rumit, masalahnya adalah ... mereka benar-benar membuat perbedaan besar untuk beberapa infeksi pernapasan akut, bukan untuk penyakit lainnya," sebutnya.
"Ini adalah ketidakpastian diagnostik -sebenarnya sangat sulit untuk mengetahui kondisi mana yang akan mendapat manfaat dari antibiotik dan mana yang tidak."
Sangat berisiko
Profesor Del Mar mengatakan para dokter harus berhenti mempertimbangkan resep antibiotik sebagai pilihan pertama mereka. "Gagasan kami -dokter umum, menulis resep antibiotik untuk berjaga-jaga, mungkin tidaklah efektif," ujarnya.
Ia menjelaskan, "Malahan, tidak menggunakan antibiotik sama sekali sebenarnya aman, Anda tak berakhir dengan kasus meningitis dan meniere -dan segala macam hal yang benar-benar menjijikkan lainnya -yang tak terdiagnosa."
Dr Del Mar mengatakan, ia yakin para dokter umum akan bisa memainkan peran penting dalam mengurangi jumlah resep antibiotik di seluruh Australia. "Dulu, ketika kita tidak khawatir dengan resistensi antibiotik, tidak masalah untuk menjadi bebas dengan antibiotik," ujar Dr Del Mar.
"Karena mereka sangat murah dan kami pikir mereka melindungi pasien ... tadinya kami pikir mereka memang membantu sejumlah gejala -nyatanya mereka hampir tak menolongnya sama sekali.”
"Dan sekarang kami menyadari sebenarnya itu adalah masalah serius yang sangat berisiko yang harus kami perbaiki,” imbuhnya.
Tak penting
Organisasi kesehatan nirlaba ‘NPS MedicineWise’ telah bekerja untuk mendidik dokter dan pasien tentang penggunaan antibiotik secara berlebihan selama lebih dari lima tahun. Dr Jeannie Yoo dari NPS mengatakan bahwa semua orang dewasa, dan terutama orang tua, harus mulai menunggu beberapa hari lagi sebelum melakukan kunjungan ke dokter mereka dan meminta antibiotik.
"Penekanan utamanya adalah memahami bahwa sebagian besar infeksi saluran pernapasan -sakit telinga, sakit tenggorokan, pilek, hal-hal semacam itu -mereka adalah infeksi yang membatasi diri," terangnya.
"Sehingga sistem kekebalan tubuh anak akan bisa mengatasi infeksi itu sendiri.”
"Dan hanya ada sedikit situasi di mana sesuatu yang lebih serius mungkin saja terjadi - dan kemudian mereka perlu menemui dokter untuk melihat apakah antibiotik diperlukan," sambungnya.
Dr Brian Morton, seorang dokter umum di wilayah Lower North Shore, Sydney, mengatakan, ada miskonsepsi umum bahwa antibiotik diperlukan saat menangani infeksi saluran pernapasan.
"Tapi penelitian dan bukti menunjukkan dengan cukup jelas bahwa sebagian besar infeksi pernapasan berasal dari virus dan bakteri sehingga tidak memerlukan perawatan antibiotik."
Penelitian telah menunjukkan bahwa para dokter telah berkali-kali meresepkan antibiotik selama beberapa dekade, dan untuk beberapa dari mereka, kebiasaan itu sulit ditinggalkan. Hal ini menyebabkan meningkatnya resistensi terhadap obat-obatan yang ada, dan mengingat bakteri menjadi lebih ganas, itu berarti generasi obat yang baru harus lebih kuat untuk melawannya.
Ditambah lagi dengan tekanan yang dibebankan kepada dokter untuk merawat sebanyak mungkin pasien -dan seringkali antibiotik dipandang sebagai solusi mudah oleh dokter dan pasien. Tapi Dr Morton mengatakan, Australia memiliki sistem yang kurang menghargai waktu dokter umum.
"Jadi pembekuan Medicare adalah contoh di mana waktu - yang bisa mengubah perilaku - tidak diberikan secara memadai," katanya. "Jadi dokter umum berada di bawah tekanan untuk menerima dan mengeluarkan pasien lalu menemui pasien berikutnya."
Diterjemahkan Rabu (12/6/2017) oleh Nurina Savitri. Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.