REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Memperingati serangan ketiga Israel ke Gaza pada 2014, aktivis solidaritas Palestina di Inggris menggelar aksi bertajuk "StopArmingIsrael". Aksi yang digelar sepekan ini merupakan yang pertama di dunia.
Dalam aksinya, para aktivis tersebut menyambangi pabrik senjata dan pesawat tak berawak milik Israel, yakni Elbit Systems, di Shenstone, utara Birmingham. Tujuan mereka adalah menghentikan segala kegiatan di pabrik tersebut.
Setibanya di sana, para aktivis menulis nama anak-anak yang tewas akibat serangan Israel di Gaza pada 2014 di sebuah pita, kemudian mengikatnya ke gerbang pabrik. Mereka juga membawa miniatur peti mati yang telah direkatkan foto anak-anak yang tewas dalam serangan Israel ke Gaza.
Peti-peti tersebut dijajarkan dan dibariskan di depan gerbang pabrik Elbit Systems. Tujuannya agar para pekerja dan karyawan pabrik dapat menyaksikan potret-potret nahas dari anak-anak tersebut.
Para aktivis kemudian mengikat dan mengibarkan beberapa bendera Palestina di pagar pabrik. Hal ini sebagai tanda yang mempertegas bahwa mereka berdiri bersama Palestina.
Akibat aksi ini, aktivitas di pabrik Elbit Systems terhenti selama dua hari berturut-turut. Kendati aksi berjalan damai dan tanpa kekerasan, namun lima aktivis ditangkap oleh otoritas setempat.
Huda Ammori, salah satu aktivis solidaritas Palestina yang berpartisipasi dalam aksi tersebut mengaku dirinya cukup kaget melihat aksi "StopArmingIsrael" diikuti oleh cukup banyak peserta.
"Sungguh menakjubkan, orang-orang dari semua latar belakang dan usia datang untuk mendukung dan menutup pabrik (Elbit Systems). Sungguh menakjubkan melihat begitu banyak orang dari semua jenis latar belakang berbeda mendukung perjuangan rakyat Palestina," ucap Ammori seperti dilaporkan laman Al Araby, Selasa (18/7).
Kendati aksi berlangsung tepat di gerbang pabrik, namun Ammori mengaku mereka tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja atau manajer pabrik. "Saya berasumsi mereka (para pekerja) diperintahkan untuk tidak berbicara dengan kami, mereka juga menghindari kami. Tapi kami tetap menyerukan pesan karena mereka mendengarkan," ujarnya.
Aktivis solidaritas Palestina lainnya, Adie Mormech, mengatakan, pabrik-pabrik seperti Elbit Systems tak bisa luput dari tanggung jawab pembunuhan warga Palestina di Gaza. "Bila Anda memperoleh keuntungan dari menjual senjata untuk digunakan pada penduduk sipil seperti di Gaza, Anda terlibat dalam pembantaian dan pembunuhan massal yang terjadi di sana," kata Mormech.
Menurutnya, kondisi masyarakat Palestina lebih memprihatinkan dibanding dengan warga kulit hitam Afrika Selatan di bawah kekuasaan Apartheid. "Orang-orang Palestina dipaksa keluar dari tanah mereka, dibom secara teratur, dan yang masih dirawat lebih buruk daripada orang kulit hitam di Afrika Selatan di bawah kekuasaan Apartheid," ujarnya.
Ammori mengatakan sudah saatnya pemerintah Inggris mengambil sikap terhadap kesewenang-wenanangan Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menurutnya, telah melanggar hukum internasional dan tidak menghabiskan waktu satu detik pun di penjara karena perbuatannya.
"Bila pemerintah Inggris tidak membantu menegakkan hukum internasional dengan membiarkan pabrik-pabrik ini terus beroperasi di tanah Inggris, kami akan terus melobi dan meningkatkan kesadaran hingga sesuatu selesai dilakukan," ujar Ammori.