Kamis 20 Jul 2017 20:45 WIB

KTNA: Ongkos Produksi Padi di Indonesia Cukup Tinggi

Padi
Padi

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional menyatakan ongkos produksi padi di Indonesia misalnya masih cukup tinggi atau melampaui ongkos produksi padi di negara-negara Asia.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Tohir, di Karawang, Kamis (20/7), mengatakan, sesuai data International Rice Research Institute, ongkos produksi padi di Indonesia pada 2016-2017 lebih mahal dibandingkan dengan Thailand, Vietnam, India dan Cina.

"Ongkos produksi padi di Indonesia lebih tinggi 2,5 kali lipat dibanding Vietnam," katanya, disela kegiatan seminar peningkatan produktivitas padi di PT Pupuk Kujang, Cikampek, Karawang.

Ongkos produksi padi di Indonesia Rp4.079 per kilogram. Jauh melampaui Vietnam yang hanya Rp1.619 per kilogram. Sedangkan ongkos produksi padi di Thailand Rp2.291 per kilogram, India Rp2.306 per kilogram dan Cina Rp 3.661 per kilogram.

Winarno menyatakan, ongkos produksi padi tersebut perlu diperhatikan. Jika Indonesia tidak bisa menekan tingginya ongkos produksi padi, maka pasar dalam negeri akan dimasuki produk negara lain.

"Beras Vietnam misalnya pernah membanjiri Indonesia secara legal bahkan ilegal. Itu karena beras Vietnam jauh lebih murah dibandingkan beras Indonesia," kata dia.

Untuk melawan serbuan beras asing tersebut, kata dia, petani Indonesia perlu bertani secara efektif, efisien dan meninggalkan cara tanam yang mahal. Sesuai dengan riset yang dilakukan KTNA, faktor yang mengakibatkan tingginya ongkos produksi padi di Indonesia ialah cara penggunaan air sawah dan cara membasmi hama.

Karena itu, kata dia, petani Indonesia harus mulai meninggalkan kebiasaan menggenangi sawah secara berlebihan. Seperti sistem tanam padi di Jepang yang hanya menggunakan sedikit air di sawah. "Menggenangi sawah dengan air itu biayanya mahal, apalagi di musim kemarau, tentunya ongkos pompa air merepotkan," katanya.

Hal lain yang membuat tingginya ongkos produksi padi adalah penggunaan bahan kimia untuk membasmi hama. Terkait hal itu, Winarno menyarankan petani menggunakan teknologi refogia untuk membasmi hama.

Refogia itu sendiri ialah menanami bunga berwarna-warni di pematang sawah. Bunga-bunga itu akan menjadi tempat hidup predator alami hama. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement