Senin 24 Jul 2017 16:46 WIB

TGB: Agama Penguat Suatu Bangsa

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ilham Tirta
ilustrasi Gubernur NTB M Zainul Majdi
Foto: Antara
ilustrasi Gubernur NTB M Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur NTB Tuan Guru Haji Muhammad Zainul menyampaikan tausiyah dalam tabligh akbar bertajuk "Meningkatkan Ukhuwah Menuju Indonesia Modern" di Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya, pada Sabtu (22/7), malam. Pria yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) mengaku sudah mendengar tentang berbagai kiprah dan keberadaan organisasi Hidayatullah sejak masih menimba ilmu di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir.

TGB mengaku kagum dengan kegigihan para santri Hidayatullah yang terus memberikan pencerahan ke seluruh penjuru nusantara. TGB juga mengaku bersyukur dapat hadir di tengah para santri dan santriwati untuk bermuzakarah atau berdiskusi tentang keilmuan, yakni berdialog menuju jalan kebaikan dan mendiskusikan bagaimana mayoritas Islam membawa kebaikan dalam kehidupan berbangsa.

"Sebab agama adalah penguat suatu bangsa, bukan sebaliknya melemahkan suatu bangsa," ujar TGB.

TGB menyampaikan, dalam agama Islam sudah sangat jelas diajarkan tentang nilai-nilai kebaikan. Di dalam Alquran disebut baldatun toyyibatun warabbun gafur. Oleh karenanya, TGB mengatakan lebih senang menggunakan kata muzakarah dibanding Tabligh Akbar. Menurutnya, kata majelis muzakarrah bermakna sebagai majelis yang memberikan ruang diskusi keilmuan.

"Jika ada dua orang berilmu berdiskusi akan lahir ilmu yang ketiga. Sedangkan tablig akbar, lebih bermakna pada harapan-harapan besar yang tentunya tetap dalam kebaikan-kebaikan," kata TGB.

TGB mengajak umat Islam indonesia yang mayoritas menjadi penguat bangsa dengan cara mengamalkan nilai-nilai kebaikan. Umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia, bukanlah suatu kebetulan, tetapi salah satu cara Allah SWT untuk memastikan rahmat dan kasih sayang-Nya tetap terjaga.

TGB juga menjelaskan kandungan hadist yang mengilustrasikan umat manusia yang terbagi dalam dua kelompok dalam sebuah kapal di lautan. Kelompok pertama digambarkan berada di bagian bawah kapal dan ingin melubangi kapal supaya mudah untuk mendapatkan air tanpa memikirkan kelompok lain yang berada diatas kapal.

Apabila kapal bocor dan tenggelam maka yang jadi korban adalah semua penumpang kapal. Bukan hanya pelaku atau kelompok yang melubangi kapal tersebut. "Jika kapal yang berlayar itu diumpamakan NKRI, maka semua kelompok, semua etnis dan semua anak bangsa ini, harus saling mengingatkan untuk menjaga NKRI ini supaya tidak tenggelam," kata TGB.

TGB menambahkan, umat Islam yang mayoritas haruslah bersama-sama umat lain dapat bekerja sama dalam bingkai NKRI. TGB mengingatkan perbedaan bukan hanya terjadi pada zaman ini saja, melainkan sudah ada sejak jaman rasulullah. "Karenanya, perbedaan tidak boleh dijadikan ajang menimbulkan perpecahan," lanjut TGB.

Di dalam Islam, kata TGB, setiap saat dituntun untuk selalu optimis dalam menghadirkan kebaikan. Untuk itu, TGB berpesan agar umat Islam selalu menebarkan kasih sayang dan kebaikan.

Di akhir tausiyahnya, TGB juga memberikan panduan menyikap isu perpecahan umat dan bangsa saat ini, yaitu dengan cara menjauhi, saling berburuk sangka, dan saling menyalahkan. Karena itu, ikatan sesama umat dan anak bangsa hendaknya didasari sejumlah pondasi ad-din (agama), persaudaraan, hubungan kekerabatan, mahabbah atau saling mencintai.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement