REPUBLIKA.CO.ID, NTB -- Kepala Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Mustafa Lubis mengatakan, sebagian besar sampah menumpuk di Rinjani akibat kurangnya kesadaran pengunjung atau pendaki. Menurutnya belum semua pendaki mau secara sadar mengangkut sampahnya turun dan membuangnya di tempat yang disediakan.
Padahal potensi sampah terjadi karena pendaki membawa bekal makanan dan keperluan lain. Berdasarkan data Balai TNGR, kata Lubis, setiap tahun sampah yang berhasil diturunkan dari Rinjani bisa mencapai 8-12 ton dengan berbagai jenis, mulai bungkus snack, mie instan, botol minuman, dan plastik air mineral.
Tiap tahun juga Balai TNGR bersama pihak terkait membersihkan sampah dari Rinjani. Namun, pola cleaning up yang temporal dan mobile tetap saja belum efektif mengatasi masalah tumpukan sampah di Rinjani.
Karena itu, Lubis pun mengapreasiasi pembentukan Sagtas Rinjani Bersih oleh Pemprov NTB. Apalagi mengingat potensi penumpukan sampah di Rinjani selalu saja lebih besar dari kemampuan Balai TNGR untuk menanganinya, baik dari sisi tenaga maupun biaya.
"Tahun ini sejak dibuka April hingga saat ini, kami sudah melakukan beberapa kali mobile clean up yang melibatkan komunitas pencinta lingkungan. Memang akan lebih efektif jika ada pola standby di lokasi seperti Satgas Rinjani ini," kata Lubis.
Balai TNGR rencananya mengeluarkan aplikasi online bagi pendaki Rinjani dalam waktu dekat. Melalui aplikasi tesebut, kata Lubis, pendaki bisa memesan tiket untuk pendakian baik melalui pintu Senaru maupun Sembalun. Selain itu, dalam aplikasi tersebut juga direncanakan membatasi jumlah pendaki.
Menurut Lubis, selain faktor keamanan dan kenyamanan, pembatasan jumlah pendaki juga akan membantu dalam mengatasi persoalan sampah akibat banyaknya pendaki di Gunung Rinjani.
"Rencananya akan diberlakukan sistem kuota, ini juga masih kami bahas. Saat ini tengah dikaji batas kuota maksimum pendaki yang akan disesuaikan dengan luas lahan perkemahan yang tersedia," ungkap Lubis.
Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.672 Mdpl merupakan destinasi wisata andalan di pulau Lombok. Balai TNGR mencatat, sepanjang 2016 sedikitnya tercatat 89 ribu pengunjung Rinjani, di mana 30.847 di antaranya merupakan wisatawan asing dari 112 negara.