Rabu 26 Jul 2017 08:10 WIB

Festival Panah Mentawai Jadi Daya Tarik Wisata

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Wabup Mentawai membuka Festival Panah Tradisional Mentawai.
Foto: Sapto Andika Candra/Republika
Wabup Mentawai membuka Festival Panah Tradisional Mentawai.

REPUBLIKA.CO.ID, SIBERUT SELATAN -- Wakil Bupati Kepulauan Mentawai Kortanius Sabeleake resmi membuka Festival Panah Tradisional Mentawai  2017. Festival yang baru pertama kali digelar ini sengaja mengangkat tradisi memanah sebagai daya tarik wisata.

Kepulauan Mentawai, yang bisa ditempuh 5 jam dengan kapal cepat, memang sedang gencar-gencarnya mengampanyekan wisata budayanya, di samping wisata alam yang lebih dulu populer dengan ombaknya yang ideal untuk para surfer.

Festival yang diikuti 100 peserta ini juga dibuka dengan iringan tarian Turuk Laggai, sebuah gerak tubuh yang diperankan oleh para Sikerei atau 'dukun' suku Mentawai dalam menirukan gerakan alam, termasuk hewan yang mendiami Mentawai.

Budaya memanah memang diakui sudah mulai surut dilakukan oleh masyarakat Mentawai. Hanya sebagian kecil masyarakat Suku Mentawai yang mendiami Siberut yang masih dengan rutin melakukan perburuan hewan dengan cara memanah.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kepulauan Mentawai Desti Seminora menjelaskan bahwa festival ini memang pertama kali digelar di Mentawai. Sementara itu, lomba panah sendiri merupakan salah satu rangakaian dari Festival Pesona Mentawai yang digelar pada Oktober 2017 mendatang.

Ia berharap, lomba memanah menumbuhkan kembali kecintaan masyarakat Mentawai dalam melakukan aktivitas panahan. Festival kali ini mengambil tempat di Desa Muntei yang terletak di Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai.

Ada alasan khusus mengapa desa ini dipilih sebagai tuan rumah festival ini. Desti mengaku, panitia menjatuhkan pilihannya kepada Desa Muntei sebagai tuan rumah lantaran desa ini masih secara lengkap menjalankan adat Suku Mentawai termasuk memanah dan masih terawatnya uma atau rumah adat Suku Mentawai.

"Di sini juga masih ada Sikerei yang melakukan pengobatan orang sakit. Kami berusaha selamatkan tradisi. Dulu memanah masih dilakukan rutin, sementara saat ini anak-anak kecil sudah tidak lagi melakukan," ujar Desti saat membuka Festival Panah Tradisional Mentawai 2017, Selasa (25/7) malam.

Pemerintah Kabupaten sendiri berencana menjadikan Desa Muntei sebagai desa tematik yang menyajikan kekayaan budaya Suku Mentawai. Apalagi, untuk menuju desa ini wisatawan tidak perlu menempuh perjalanan jauh seperti desa adat lainnya yang butuh waktu berjam-jam menempuh jalur sungai.

"Mentawai memiliki tato tertua di dunia. Namun saat ini sedikit anak muda yang mau ditato secara adat. Memanah juga, bisa jadi daya tarik wisata," ujar Desti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement