Kamis 16 Mar 2017 06:16 WIB

Bertanding Membuat Mobil Cepat dan Hemat Energi

Rep: Nora Azizah/ Red: Winda Destiana Putri
Mobil hemat energi
Foto: green.autoblog.com
Mobil hemat energi

REPUBLIKA.CO.ID, Sejak 2010 silam Shell Eco Marathon (SEM) Asia berusaha menjaring ide kreatif baru dari para generasi muda dunia untuk industri otomotif global. Ajang kompetisi unik tersebut bukan tanpa sengaja dibuat oleh Shell sebagai perusahaan internasional minyak dan gas dunia.

Kompetisi tersebut diselenggarakan guna menumbuhkan ide kreatif di kalangan mahasiswa mesin dan otomotif dunia, dan memberikan wadah bagi mereka untuk unjuk gigi memperkenalkan kendaraan masa depan. Kompetisi SEM pertama kali diselenggarakan pada 1939 silam di Laboratorium Shell Amerika Serikat. Pertandingan tersebut bersifat persahabatan karena hanya melibatkan para ilmuwan saja.

Tujuannya, para ilmuwan pengembang teknologi bisa mengetahui teknologi mobil yang mampu melaju cepat dan efisien terhadap bahan bakar. Lambat laun kompetisi melebar hingga ke mancanegara, dan tidak hanya di kalangan para ilmuwan saja tapi juga generasi muda.

SEM Asia mulai dilaksanakan sejak 2010 silam dengan mengambil lokasi sirkuit Sepang, Malaysia, sebagai tempat bertanding. Satu lokasi biasanya akan digunakan bertanding selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian pada 2014-2016 Shell memilih Manila, Filipina untuk menjadi tempat bertanding mobil prototype dan urban concept tersebut. Tahun iini menjadi giliran Singapura sebagai tuan rumah dari kompetisi tersebut. Singapura menyediakan tempat di Changi

Exhibition Center untuk menyelenggarakan SEM Asia 2017 yang akan berlangsung pada 16-19 Maret mendatang. Singapura akan menjadi tuan rumah SEM Asia dalam waktu tiga tahun ke depan. Sebenarnya kompetisi ini tidak hanya melibatkan para mahasiswa dan mahasiswi dari negara di Asia saja, tapi juga di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Para peserta ditantang untuk mendesain, membangun, dan mengendarai kendaraan paling hemat energi namun juga cepat. Peserta bebas memilih jenis bahan bakar, seperti bahan bakar fosil atau mineral, elektrik, hingga energi terbarukan.

Berdasarkan pantauan Shell Indonesia, saat ini ada sekitar 124 tim yang akan unjuk gigi dalam kompetisi SEM Asia 2017. "Dari Indonesia kita bawa 26 tim khusus dari beberapa universitas," ujar Social Investment Manager Shell Indonesia Anita Setyorini dalam acara konferensi pers Shell Eco Marathon Asia 2017 di Jakarta Selatan, belum lama ini.

Dari 26 tim tersebut, mahasiswa Indonesia akan membawa 15 jenis mobil protipe dan 11 kendaraan urban concept. Ini bukan pertama kalinya peserta asal Indonesia bertanding dalam ajang bergengsi tersebut. Bahkan tahun lalu peserta Indonesia berhasil memboyong tujuh kemenangan, dan salah satu di antaranya lolos sebagai juara pertama. Tahun ini kompetisi dibuat agak sedikit berbeda.

Sebelumnya para peserta hanya bertanding dari segi bahan bakar sejenis. Misalnya, mobil elektrik bertenaga baterai hanya bertanding dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar serupa. Namun tahun ini konsep dibuat lebih meluas. Para peserta harus bertanding berdasarkan jenis kendaraan saja, yakni mobil prototipe atau urban concept sehingga tidak lagi melihat jenis bahan bakar.

Meski konsep berubah, para peserta tetap harus menggunakan jenis bahan bakar yang membuat mobil lebih efisien tapi juga melaju cepat. Peserta hanya diberikan kesempatan melantai di arena sebanyak lima kali. Namun sebelumnya kendaraan harus melewati 12 kali uji inspeksi dari para dewan juri. Beberapa tes yang akan dilalui, yakni tes rem, keamanan, desain, dimensi, serta kemampuan pengendara saat ke luar dari kendaraan kurang dari 10 detik.

Semua jenis mobil juga harus dibuat dalam dengan ukuran satu kursi. Khusus kendaraan urban concept, peserta harus membuatnya dengan memuat unsur city car pada kendaraan. Sementara mobil prototipe lebih melirik efisiensi bahan bakar, yakni seberapa cepat dan jauh mobil bisa melaju ketika menghabiskan bahan bakar. Dalam proses penjurian, Shell juga bekerja sama dengan Liedel Partnership. Selama kurang lebih enam tahun berlangsung, Shell melihat tren kendaraan yang dibuat para peserta lebih ke arah mobil elektrik. "Mungkin tren ini tumbuh karena pemenang sebelumnya membangun mobil berkonsep demikian," jelas Anita.

Indonesia masih membawa tim lama yang sebelumnya sudah berkompetisi, dan ada beberapa tim baru. Salah satu tim yang sudah menorehkan prestasi, yakni Bumi Siliwangi Team 4 yang terdiri dari para mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. UPI menurunkan dua tim berbeda untuk kategori mobil prototipe dan urban concept. "Tahun ini kami fokus membuat bobot mobil lebih ringan dan bisa mencapai jarak terjauh," ungkap Manager Tim Bumi Siliwangi Team 4 UPI Bandung Ramdhani.

Ramdhani beserta tim berhasil menurunkan bobot kendaraan enam kilogram lebih ringan dari sebelumnya. Kemudian mobil juga memiliki desain dan kerangka baru, serta bisa melaju dengan pencapaian 200 KM per jam. Inspirasi desain dan konsep tersebut diperoleh Bumi Siliwangi Team 4 usai memenangkan kompetisi SEM DWC 2016 di London, Inggris yang lolos sebagai juara dunia. Para anggota tim juga mendapat kesempatan mengunjungi markas besar Ferrari di Maranello, Italia, pada Desember tahun lalu. Ramdhani dan tim mendapat angin segar usai kunjungan tersebut, terutama mengenai composite dan bentuk aerodinamycs dari tubuh mobil.

Ramdhani menjelaskan, peserta asal Indonesia sebenarnya tidak mempunyai rasa takut atau malu untuk membangun kreativitas menjadi sebuah karya otomotif. Hanya saja beberapa kendala dan keterbatasan masih menjadi mimpi buruk bagi para peserta. Sebagai contoh, untuk mendapatkan jenis spare part atau elemen pembangun mobil masih serba keterbatasan di Indonesia. Hal tersebut membuat para peserta harus memesannya dari luar negeri. Berbeda dengan para peserta di negara lain yang memiliki akses lebih luas terhadap hal tersebut. Para peserta juga tergolong kesulitan mendapatkan sponsorship untuk mengikuti kompetisi.

Pasalnya, membuat mobil kompetisi memerlukan dana yang tidak sedikit. Itu sebabnya terkadang terhambat dan memerlukan waktu untuk menyelesaikan sebuah mobil. Meski demikian para persert asal Indonesia tidak patah semangat. Dalam kondisi serba keterbatasan tetap mampu menorehkan prestasi. Saat ini Thailand, Australia, Vietnam, dan Singapura masih menjadi lawan terberat Indonesia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement