REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yamaha akhirnya meluncurkan motor listriknya di Indonesia. Motor yang serupa tipe Mio tersebut belum akan dijual, melainkan ingin diuji coba terlebih dahulu.
Motor tersebut menggunakan baterai bertenaga 110 watt dengan baterai tipe lithium. Motor tersebut dibekali teknologi listrik bernama Power Assist System (PAS).
Dalam kondisi baterai penuh motor listrik tersebut bisa melaju sejauh 35 km dengan kecepatan maksimal 45 km per jam. Torsinya setara dengan 50 cc. ''Oleh karena itu, motor ini tidak cocok untuk di jalan raya. Tapi hanya untuk kendaraan perumahan,'' ucap Rangga, dari Divisi Servis PT Yamaha Indonesia Motor manufacturing (YIMM), di Kuningan, Jakarta, Rabu (1/11).
Menurut dia, hal yang harus dihindari dalam mengendarai motor listrik tersebut adalah hindari pengisian ulang baterai saat suhu baterai masih panas. Paling tidak suhunya sudah 15 derajat sampai 25 derajat.
''Kalau untuk dicuci dan hujan, selama baterai tidak terkoneksi dengan air, aman. Cuma jangan pas banjir,'' ujar Rangga.
Vice President Director PT YIMM, Dyonisius Bety mengungkapkan alasan mengapa motor listrik tersebut belum dipasarkan. Menurut dia, hal itu berdasarkan pertimbangan keamanan, kesiapan masyarakat, dan budayanya. ''Tanggungjawab sosial seperti apa, kalau kecelakaan bagaimana, itu kan tanggungjawab perusahaan,'' ucap Bety.
Ia menjelaskan, baterai motor serupa dengan Mio Fino tersebut masih ada potensi overheat, sehingga bisa menyebabkan terbakar. Termasuk bagaimana bisa baterainya diisi terus-menerus.
''Itu harus dites dahulu. Karena banyak secara produksi lolos, dalam pemakaian bermasalah. Kami harus memperhatikan keselamatan konsumen,'' ujar dia.
Saat ditanya kapan akan dipasarkan, Bety mengaku akan mengevaluasi dulu hasil ujicoba yang dilakukan di Kebun Raya Bogor, Universitas Pelita Harapan, dan beberapa tempat lainnya itu. Durasi uji coba pun akan dilakukan selama satu bulan, lalu dievaluasi, dan kemudian diuji coba kembali.
Selain persoalan keamanan, harga baterai yang terbilang masih cukup tinggi pun membuat harga motor berkecepatan rendah itu belum memenuhi skala ekonomi Indonesia. Menurut Bety, harga di Jepang saja bisa mencapai 2 ribu dolar AS atau sekitar Rp 23 juta.
''Perkembangan teknologi baterai belum mencapai harga terjangkau dan masih mahal. Saat ini kalau dipasarkan baterainya, belum mencapai skala ekonomi,'' jelas dia.
Namun, karena menggunakan bahan bakar listrik, motor tersebut memang ramah lingkungan. Bahkan, saat dinyalakan kan pun hampir tidak ada suara sama sekali.
Kemampuan manuvernya pun tidak kalah seperti motor berbahan bakar bensin lainnya. Proses pengisian baterai juga terbilang mudah. Baterai yang diletakan di bawah jok tinggal diangkat dari mesin. Meskipun terbilang berat jika penggunanya adalah perempuan.
Baterainya memiliki lampu indikator untuk menunjukkan persentase kapasitas yang sudah terisi. Jika diisi dari kondisi kosong, baterai akan terisi penuh dalam waktu tiga jam.