REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memprediksi kekeringan terjadi sampai Oktober mendatang. Masyarakat pun diharapkan aktif melaporkan atau minta bantuan air bersih bila terjadi kekurangan.
Kasi Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Sutaryono di Gunung Kidul, Rabu (26/7), mengungkapkan pelaksanaan droping air bersih intensif dilakukan untuk menangani kekeringan di delapan kecamatan.
"Setiap harinya, kami mendistribusikan air bersih sekitar 28 tangki air kepada masyarakat. Karena diperkirakan musim kemarau di Gunung Kidul masih akan terjadi sampai Oktober mendatang, diperkirakan permintaan air akan meningkat," katanya.
Sampai saat ini, pihaknya sudah menyalurkan 480 tangki air kepada masyarakat di delapan kecamatan yang membutuhkan bantuan air bersih. Adapun wilayah yang membutuhkan air bersih di Kecamatan Panggang, Purwosari, Tepus, Tanjungsari, Paliyan, Rongkop, Girisubo, dan Nglipar. "Total wilayah kekeringan ada 33 desa, dengan total hampir 46 ribu jiwa," katanya.
Musim kemarau diperkirakan masih akan terjadi sampai Oktober mendatang. "Untuk kecamatan terdampak sebenarnya meningkat 10 kecamatan di tambah Patuk dan Gedangsari, namun memang belum meminta droping air," katanya.
Dia mengatakan tahun ini dianggarkan Rp 600 juta untuk melakukan droping dengan tujuh tangki. "Sifat kami melakukan membantu untuk kecamatan yang tidak memiliki tangki sendiri, sedangkan yang tidak memiliki tangki, kami droping sesuai dengan permintaan," katanya.
Pihaknya menerima permintaan dari desa untuk dilakukan droping air dengan harapan tidak ada kesalahan dalam memberikan bantuan."Masyarakat atau relawan yang ingin memberikan bantuan diharapkan berkoordinasi dengan BPBD sehingga bantuan tidak menumpuk," katanya.