REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Puncak kemeriahan Musyawarah Nasional (Munas) Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) di Mataram, NTB akan berlangsung pada Sabtu (29/7) dengan konser kemanusiaan peduli pendidikan. Penggalangan dana tak hanya disalurkan di dalam negeri, melainkan juga ke dunia luar seperti Palestina yang tengah dalam kondisi sulit akibat agresi Israel.
Ketua JSIT yang baru terpilih Muhammad Zahri mengatakan, target tertinggi dalam membangun sektor pendidikan ialah lahirnya generasi yang peduli kepada sesama, tak hanya dengan saudara se-Tanah Air melainkan juga di luar negeri. "Dalam UUD kita tercantum bangsa Indonesia berperan aktif dalam menciptakan perdamaian. Mari bersama serukan kebebasan Palestina lewat dunia pendidikan," ujar Zahri di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, Sabtu (29/7).
Senada dengan Zahri, Ketua Dewan Pembina JSIT Sukro Muhab juga mengajak para peserta Munas JSIT IV untuk melayangkan doa bagi masyarakat Palestina yang masih dalam cengkeraman Israel.Perwakilan Sahabat Palestina mengatakan total donasi JSIT untuk Palestina yang terkumpul hingga saat ini mencapai Rp 681.758.000. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat pagelaran konser kemanusiaan penggalangan dana baru saja dimulai.
Sebelumnya, Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi menilai, penjajahan Israel terhadap Palestina sampai saat ini adalah suatu aib besar bagi kemanusiaan. Pria yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan umat manusia saat ini berada pada revolusi keempat yang ditandai dengan pencapaian ilmu dan teknologi serta jaringan konektivitas yang luar biasa. Namun demikian kemajuan umat manusia juga diukur dari sejauh mana dapat merawat nilai-nilai yang paling fundamental dan asasi, yang salah satunya adalah hak dasar manusia untuk memperoleh kemerdekaan.
Menyikapi masalah Israel dan Palestina, TGB menjelaskan, tiga perspektif yang harus digunakan dalam memandang isu ini. Perspektif pertama adalah dari sudut pandang keagamaan terutama Islam. TGB mengutip surat Al-Isra pada ayat pertama dan beberapa hadits Nabi Muhammad SAW.
TGB menjelaskan, kemuliaan bisa dinilai salah satunya adalah bagaimana Allah dan Rasulnya membicarakan tentang kemuliaan dan keutamaannya. "Masjidil Aqsa adalah tempat suci dan masalah Palestina adalah masalah inti dan pokok yang wajib hukumnya kita perjuangkan. Kita harus berikhtiar dengan kemampuan yang kita miliki untuk membantu perjuangan kemerdekaan palestina," ujar dalam khutbahnya pada shalat Jumat di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB pada Jumat (21/7)
Kemudian dari perspektif kebangsaan atau keindonesiaan, TGB menguraikan, dasar kehidupan berbangsa Indonesia secara jelas disebutkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan komitmen semangat perjuangan dari bangsa Indonesia tidak hanya mengejar kemerdekan bagi bangsa sendiri, tetapi juga berjuang agar kemerdekaan itu bisa terwujud di seluruh sudut dunia ini.
"Patut kita ingat dan jangan dilupakan ketika para pendiri bangsa memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini. Bangsa yang bersegera merespon dengan baik dan mengakui kemerdekaan Republik Indonesia adalah Bangsa Palestina, Mesir dan bangsa-bangsa arab lainnya," ujarnya.
Menurut TGB, pandangan sejarah ini harus terus ingat, di saat Indonesia dalam keadaan lemah dan membutuhkan pengakuan tentang kemerdekaannya, maka yang mengulurkan bantuan pertama adalah bangsa Palestina dan Bangsa Mesir. "Maka dari persepktif kebangsaan dan ke-Indonesiaan, kiranya cukuplah alasan untuk kita selalu mendukung perjuangan Bangsa Palestina," ungkap TGB.
Selanjutnya dalam perspektif kemanusiaan, TGB mengingatkan, hak-hak dasar manusia yang disebutkan oleh PBB, bahwa isu tentang perjuangan Palestina untuk mencapai kemerdekaan tidak sekadar isu tentang keagamaan semata, tetapi juga isu tentang kebangsaan yang mengikat seluruh warga Indonesia.
"Demikian pula isu ini mengikat umat manusia yang telah sepakat bahwa kemerdekaan, kebebasan, kesetaraan dan martabat kemanusiaan adalah hak yang paling fundamental dalam hidup kita," kata TGB.