REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Satu dari dua unit helikopter pengebom air untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Aceh Barat, Aceh segera dipulangkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Operasi heli water bombing, telah selesai. Maka terhitung hari ini, kita pulangkan satu heli ke BNPB," papar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Yusmadi di Banda Aceh, Rabu (2/8).
Dia mengatakan, helikopter jenis Mi-17 VN buatan Rusia dipulangkan ke tempat semula di Kota Dumai, Provinsi Riau.
Helikopter ini mampu menggotong air hingga lima ton dalam sekali terbang, dan menumpahkan pada titik sasaran.
Lahan gambut di Aceh Barat terbakar pekan lalu, dan menghanguskan 222,5 hektare selama bulan Juli di sembilan kecamatan, yakni Johan Palawan dengan luas lahan terbakar 98,5 hektare, disusul Meureubo 51 hektare, baru sisanya di Kaway Enam Belas, Woyla Barat, Bubon, Sama Tiga, Arongan Lambalek, Woyla, dan Sungai Mas. "Tapi yang satu lagi yakni heli Bell, tinggal di Nangan. Kini heli itu, dalam status siaga. Bisa juga digunakan untuk 'water bombing' di Aceh Barat dan sekitarnya," ucap Yusmadi.
Bupati Aceh Barat Teuku Alaidinsyah pekan lalu mengaku, telah menetapkan status siaga terhadap kebakaran lahan dan hutan terutama lahan gambut yang mencapai 69 hektare dalam sepekan. "Kita saat ini masih siaga, dan belum darurat. Untuk pemadaman titik api, masih terus kita lakukan. Heli bom air sudah tiba. Kini berada di Bandara Cut Nyak Dhien," tegasnya.
Dandim Nagan Raya Letkol Kav Moch Wahyudi melaporkan, helikopter jenis MI-17 VN telah tiba di Bandara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Nagan Raya pada Selasa (25/7) petang. "Heli BNPB ini terbang dari Dumai menuju Bandara Cut Nyak Dhien, guna membantu penanggulan kebakaran lahan di tiga kabupaten yakni Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya," katanya.
Untuk sementara, ucapnya, helikopter itu dalam status siaga di Bandara Cut Nyak Dhien. Sebab, rencananya mulai melakukan kegiatan operasi pengeboman air pada Rabu, (26/7).