Selasa 15 Aug 2017 12:46 WIB

Mantan Dirut PT Sucofindo Mengaku tak Pernah Bertemu Setnov

Ketua Umum Golkar Setya Novanto berbincang seusai melakukan pertamuan di kediaman Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar BJ Habibie, Jakarta, Senin (23/7).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Golkar Setya Novanto berbincang seusai melakukan pertamuan di kediaman Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar BJ Habibie, Jakarta, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Dirut PT Sucofindo (Persero), Arief Safari rampung diperiksa oleh penyidik KPK terkait kasus dugaan korupsi proyek pengadaan KTP-elektronik (KTP-el) Setya Novanto. Kepada penyidik Arief mengaku tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan Ketua DPR RI tersebut.

"Saya cuma ditanyain mengenai Pak Setnov. Saya enggak pernah ketemu, saya engak pernah mengenal. Itu aja. Saya tahu, dia ketua DPR tapi ditanya mengenal, saya enggak mengenal," ujar Arief di Gedung KPK Jakarta, Selasa (15/8).

Arief mengungkapkan, penyidik hanya menanyakan terkait Setya Novanto dan peran Sucofindo dalam mega proyek tersebut. "Karena kita kerjanya kan bimbingan teknis ada, pendampingan teknis," jelasnya.

Pada Selasa (15/8) hari ini, penyidik KPK menjadwalkan pemeriksaan terhadap empat orang saksi untuk tersangka Setya Novanto. Selain Arief, tiga saksi lainnya yakni, Kusmihardi selaku staff Ditjen Dukcapil, Noerman Taufik selaku Konsultan IT PT Jasindo Tiga Perkasa Tbk, dan R Pratomo Siddi Supali selaku Kabag Dukungan Komersial dan Divisi Keuangan dan Akuntansi PT Sucofindo.

PT Sucofindo merupakan salah satu perusahaan tergabung dalam Konsorsium Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI). Dalam menjalankan tugasnya, Sucofindo melakukan bimbingan dan pendampingan teknis di proyek KTP-el.

Dalam persidangan Irman dan Sugiharto, Arief menuturkan, awalnya Sucofindo menawarkan diri untuk bergabung dengan Konsorsium PNRI dengan menemui Dirut PNRI yang pada saat itu dijabat oleh Isnu Edhi Wijaya dan akhirnya mereka menyepakati soal bimbingan dan pendampingan.

Kemudian, pada 2012, Suconfindo melakukan pelatihan di 600 kabupaten, 3.886 kecamatan. Dalam pelatihan tersebut terdapat sekitar 15 ribu orang yang diberi bimbingan dan pendampingan untuk enrollment data KTP-el. Arief menjelaskan, nilai proyek di 2011 secara keseluruhan sebesar Rp 109.260.316.459. Nilai tersebut termasuk pekerjaan tambahan, salah satunya subkon dari PT Kuadran. Jika yang terkait kontrak utama hanya Rp 100.379.710.391.

Sejauh ini sejumlah saksi sudah diperiksa oleh penyidik KPK untuk melengkapi berkas ketua DPR RI tersebut. Mereka di antaranya kakak pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong Dedi Priyono, keponakan Setnov Irvanto Hendra Pambudi. Kemudian mantan Ketua DPR Ade Komarudin, mantan Ketua DPR Marzuki Alir, pejabat Ditjen Kemendagri Drajat Wisnu Setyawan hingga Dirjen Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh.

Sejak ditetapkan menjadi tersangka, Setnov panggilan akrab Setya Novanto belum pernah menjalani pemeriksaan. KPK telah menetapkan secara resmi Setnov sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan KTP-Elektronik pada Senin (17/7) lalu. KPK menetapkan Setya Novanto selaku anggota DPR RI pada 2009 sampai 2011 sebagai tersangka. KPK menduga Setnov menguntungkan diri sendiri sehingga menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun dari paket pengadaan Rp 5,9 triliun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement