REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Jika banyak yang merasakan semakin pudarnya semangat gotong-royong masyarakat, besar kemungkinan memang benar adanya. Gotong royong yang telah dibangun lama, menjadi ciri khas kehidupan sosial bangsa Indonesia. Namun, perubahan sosial di masyarakat perlahan menjadi tantangan di era globalisasi.
Berbeda dengan masyarakat di Desa Gerem, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Banten. Satu diantara yang masih bisa membuktikan eksistensinya dalam semangat gotong royong.
Hal ini tercermin saat warga berbondong datang ke Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al-Khairiyah Gerem V untuk gotong royong membantu renovasi sekolah terdampak longsor. Longsor yang terjadi terjadi tahun 2012 telah menyebabkan gedung sekolah seperti ruang kelas V, ruang olahraga dan toilet sekolah hanyut terbawa longsor. MIS Al-Khairiyah Gerem V memiliki jumlah siswa di sekolah sebanyak 104 anak yang tergolong kurang mampu dan guru sebanyak 12 orang. Dari 12 guru tersebut, hanya ada satu guru Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Alhamdulillah kami baru bisa mengadakan renovasi setelah longsor atas bantuan dari Baznas," kata Kepala MIS Al-Khairiyah Gerem V Supriyadi dalam rilis Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang diterima Republika.co.id, Senin (14/8).
Baznas membantu renovasi madrasah tersebut dengan menyalurkan dana infaq sebesar Rp 25 juta pada 31 Juli 2017. Supriyadi mengaku sangat bersyukur dengan bantuan tersebut.
Bantuan tersebut mengobarkan semangatnya untuk menggerakkan masyarakat. “Saya mendapatkan amanat dari Baznas untuk renovasi dengan semangat gotong royong warga. Saya ajak warga dan Alhamdulillah banyak yang dengan ikhlas membantu,” jelas Supriyadi.
Direktur Baznas Mohd. Nasir Tajang mengatakan, zakat, infaq, shodaqoh (ZIS) sangat bermanfaat untuk memberdayakan masyarakat. “Saya optimistis, semangat gotong royong akan kembali kokoh dengan mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan ZIS dengan baik,” ujar Mohd Nasir Tajang.