REPUBLIKA.CO.ID, PANGKAL PINANG - Radikalisme dapat menjangkiti semua agama. Selain itu, tidak ada radikalisme yang lebih berbahaya dibandingkan dengan radikalisme agama.
"Karena iming-imingnya adalah surga. Padahal, semua orang yang beragama tentu merindukan surga," kata Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy dalam sosialisasi komitmen kebangsaan dan keutuhan NKRI bersama seluruh karyawan Kantor Wilayah Kementerian Agama Bangka Belitung, kemarin.
Akibatnya, pemahaman bahwa agamanya sendiri adalah yang paling benar, berdampak sangat mengerikan. Sebab, semua orang bisa melakukan kekerasan atas nama agama. "Ini karena radikalisme ada di semua agama," ujarnya.
Dia mencontohkan, dalam agama Hindu ada kelompok radikal Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), yang menyerang pertemuan ibadah Minggu di Karnataka, India pada 3 Maret 2012. Pada 2014, mereka melakukan pemaksaan kepada ratusan penganut Kristen dan Islam di Agra untuk pindah ke agama Hindu.
Romy panggilan akrab Romahurmuziy juga memberikan contoh lain radikalisme. Yakni kelompok kristen radikal Amerika Serikat Timothy Veigh, teroris pelaku pengeboman Oklahoma City pada 19 April 1995. Bom yang terdiri dari 2300 kilogram bahan peledak, menewaskan 168 orang.
"Demikian pula dengan gerakan Yahudi radikal, yang melakukan penyerangan terhadap warga Palestina. Mereka berdalih untuk kepentingan negara Israel. Jutaan warga Palestina terusir dari tanah airnya dan korban tewas tak terhingga sejak Zionis melakukan teror sejak 1948," paparnya.
Lalu, radikalisme Buddha yang dipimpin oleh Biksu Aishin Wirathu. Mereka memutilasi 20 juta pelajar muslim. Serta membuat ribuan kaum Rohingya terusir dari Myanmar dan melakukan eksodus.