REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Albania saat ini tercatat sebagai salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa. Menurut data yang dirilis Pew Research Center, jumlah pemeluk Islam di Albania pada 2010 mencapai 82,1 persen dari total 2,8 juta penduduk negeri itu.
Catatan sejarah mengungkap, Islam mulai masuk ke Albania semasa pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) pada abad ke-14. Ketika itu, negeri tersebut masih didominasi agama Kristen. Di wilayah utara Albania, penyebaran Islam lebih lambat dikarenakan adanya perlawanan keras dari Gereja Katolik. Namun, di beberapa kawasan lainnya, pengaruh Islam berkembang cukup pesat.
Pada akhir abad ke-17, Islam menjadi agama mayoritas di pusat-pusat perkotaan wilayah tengah dan selatan Albania. Adanya kelas elite Muslim yang bergelar pasha dan bey, memainkan peranan penting dalam kehidupan politik dan ekonomi Ottoman ketika itu. Karier birokrat itu pun menjadi pilihan yang menarik bagi sebagian besar warga Albania, sehingga mereka pun ber bondong-bondong memeluk agama Islam.
Hari ini, umat Islam di Albania terbagi ke dalam dua kelompok utama. Yang pertama adalah pengikut mazhab Ahlussunnah (Sunni). Sementara, yang lainnya adalah pengikut ajaran tasawuf Bektashi yang masuk ke Albania melalui para darwis (sufi) selama periode Ottoman, terutama antara abad ke-18 dan ke-19. Secara historis, kelompok Muslim Sunni memiliki basis yang kuat di wilayah utara dan tengah Albania. Sementara, komunitas Bektashi lebih terkonsentrasi di kawasan selatan negara itu.
Sebagian besar kalangan Islam arus utama menganggap tarikat Bektashi sebagai aliran sesat. "Namun demikian, penduduk Albania pada masa pemerintahan Ottoman justru mulai memeluk Islam secara bertahap melalui ajaran tasawuf tersebut," ungkap sejarawan asal Inggris, David Nicolle, dalam karyanya The Janissaries (Elite).
Selama Dinasti Ottoman berkuasa, banyak pengikut ajaran Bektashi di Albania yang direkrut menjadi tentara elite Yanisari. Pada masa-masa selanjutnya, pengaruh aliran tarikat ini di tu buh Yanisari pun semakin menguat.
Bahkan, pada pengujung abad ke-16 Bektashi telah menjadi semacam sistem kepercayaan resmi di korps militer tersebut. Pada 1826 Sultan Mahmud II membubarkan Yanisari dan menyatakan, Bektashi sebagai aliran terlarang di seluruh wilayah Kesultanan Ottoman.
Sejak saat itu, pengaruh komunitas Bektashi mulai bergeser ke Albania selatan. Pada akhir abad ke-19 para pemimpin kelompok ini memainkan peran kunci dalam gerakan nasionalis Al bania, di samping giat melakukan kampanye toleransi antarumat beragama di negeri tersebut.
Albania melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Ottoman pada 1923. Selan jut nya, selama berada di bawah rezim komunis (1944-1992), umat Muslim Albania mengalami banyak penindasan. Pemerintah ketika itu juga melarang segala bentuk praktik keagamaan di depan umum.