REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Situasi di negara bagian Rakhine Myanmar, kembali bergejolak. Selain menyebabkan lebih dari 100 orang tewas, kekerasan juga membuat ribuan Muslim Rohingya khawatir dan melarikan diri ke perbatasan Bangladesh.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun mengaku, telah menghubungi Penasehat Keamanan Nasional Myanmar dari Aung San Suu Kyi, U Thaung Tun terkait kekerasan di wilayah Rakhine ini. “Tadi pagi di antaranya saya berbicara langsung dengan National Security Adviser dari Suu Kyi. Intinya tentunya kita mengamati perkembangan ini dengan sangat prihatin,” ujar Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/8).
Kepada U Thaung Tun, Retno menyampaikan agar Pemerintah Myanmar lebih mengutamakan menangani masalah kemanusiaan terlebih dulu. Sehingga, tak menimbulkan korban jiwa di kalangan warga sipil.
Tak hanya itu, dia juga menyampaikan seluruh pihak tidak melakukan tindakan kekerasan yang dapat memperburuk situasi saat ini. Retno juga menekankan, agar pemerintah Myanmar turut memberikan perlindungan keamanan secara inklusif kepada seluruh masyarakat yang ada di negara bagian Rakhine.
“Perlindungan termasuk perlindungan keamanan ini juga merupakan ranah kemanusiaan harus diberikan secara inklusif kepada masyarakat yang ada di Rakhine State,” kata dia. Dalam kesempatan itu, Menlu menawarkan bantuan dari Pemerintah Indonesia untuk menangani kondisi di lapangan sehingga negara bagian Rakhine menjadi kondusif.
Selain menghubungi U Thaung Tun, Retno juga telah berkoordinasi dengan kedutaan besar RI di Yangoon. Menurut dia, Keamanan Nasional Myanmar juga akan memberikan pengarahan kepada para duta besar di Yangoon.
Seperti diketahui, kekerasan di wilayah utara Rakhine kembali terjadi setelah 20 pos keamanan polisi di Myanmar diserang oleh gerilyawan Rohingya. Tentara Myanmar juga dilaporkan telah mengeluarkan tembakan serta memeriksa tempat tinggal etnis Rohingya. Karena khawatir, ribuan warga Rohingya pun kemudian melarikan diri ke perbatasan Bangladesh. Namun, kepolisian perbatasan Bangladesh justru menutup perbatasan dan menolak warga untuk melintas.
Selama ini, warga Rohingya merupakan salah satu etnis minoritas Myanmar yang sering kali menjadi korban kekerasan dari pemerintah negara tersebut. Konflik yang tak kunjung selesai ini selalu menimbulkan korban jiwa.