REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina telah memperingatkan bahwa ketegangan di semenanjung Korea telah mencapai titik kritis setelah Korea Utara melepaskan sebuah rudal balistik ke Jepang.
Juru bicara kementerian luar negeri Cina, Hua Chunying mendesak semua pihak untuk menghindari provokasi, mengulangi seruan Beijing untuk Pyongyang agar menunda uji coba rudal, sembari mengusulkan bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan menghentikan latihan militer bersama yang sedang berlangsung.
"Situasinya sekarang pada titik kritis mendekati sebuah krisis. Pada saat yang sama ada kesempatan untuk membuka kembali perundingan perdamaian", ujar Hua seperti dilansir Aljazirah (30/8).
Ia berharap pihak terkait dapat mempertimbangkan cara agar dapat mengurangi situasi di semenanjung dan mewujudkan perdamaian dan stabilitas di semenanjung. Hua mengatakan waktu telah membuktikan bahwa tekanan dan sanksi tidak dapat menyelesaikan akar masalahnya dan satu-satunya cara untuk menyelesaikan kebuntuan adalah dengan menangani masalah keamanan yang sah melalui dialog.
Pada dini hari Selasa, Korea Utara menembakkan rudal balistik mid-range yang dirancang untuk membawa muatan nuklir yang terbang di atas sekutu AS Jepang, dan masuk ke Samudra Pasifik utara. Setelah insiden terakhir, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa semua pilihan ada di meja karena duta besarnya untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nikki Haley, memperingatkan sesuatu yang serius harus terjadi untuk menghentikan Korea Utara membuat lebih banyak provokasi.
Namun Korea Utara tampaknya tetap menentang, dengan duta besarnya untuk PBB di Jenewa mengatakan bahwa negaranya tidak akan mundur untuk membangun kekuatan nuklir selama kebijakan bermusuhan AS dan ancaman nuklir terus berlanjut. Duta Besar Han Tae Song mengatakan bahwa negaranya memiliki banyak alasan untuk menanggapi dengan tindakan keras yang sulit dilakukan.