Sabtu 02 Sep 2017 19:08 WIB

Polisi Bangladesh Izinkan Pengungsi Rohingya Lintasi Perbatasan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ilham Tirta
Seorang wanita Rohingya di perbatasan Myanmar - Bangladesh menangis setelah mendapat kabar melalui telefon suaminya tewas oleh militer Myanmar.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Seorang wanita Rohingya di perbatasan Myanmar - Bangladesh menangis setelah mendapat kabar melalui telefon suaminya tewas oleh militer Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Personel kepolisian Bangladesh di zona perbatasan dengan Myanmar dilaporkan telah mengizinkan pengungsi Rohingya memasuki negara mereka. Hal itu menunjukkan bahwa mereka telah mengabaikan perintah pemerintah Bangladesh yang menginstruksikan agar pengungsi Rohingya tak diizinkan untuk melewati perbatasan. 

Dilaporkan laman BBC, Sabtu (2/9), para pengungsi Muslim Rohingya telah melintasi perbatasan Myanmar dengan Bangladesh. Mereka menyeberangi perbatasan tanpa dihentikan atau dicegah oleh aparat kepolisian Bangladesh. 

Kendati demikian, belum didapatkan keterangan resmi apakah hal ini merupakan perintah pemerintah Bangladesh. Sebab sebelumnya Bangladesh justru melarang pengungsi Rohingya untuk memasuki negara mereka. Alasannya, mereka mengklaim tak sanggup lagi menampung puluhan ribu warga Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar. 

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu telah menyerukan agar Bangladesh membuka pintu perbatasan mereka dan mengizinkan para pengungsi Rohingya melintas. "Kami telah menyatakan kepada Bangladesh untuk membuka pintunya (perbatasan) bagi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar dan Turki akan membayar biaya tersebut," ujar Cavusoglu ketika berbicara di sebuah acara perayaan Idul Adha di Mediterania Antalya, seperti dilaporkan laman Anadolu Agency

Kekerasan di Rakhine kembali merebak setelah gerilyawan Rohingya menyerang pasukan keamanan Myanmar di pos-pos perbatasan negara tersebut. Sekitar 10 tentara dan 77 gerilyawan tewas dalam peristiwa itu. Pada 25 Agustus, militer Myanmar melancarkan operasi terhadap Muslim Rohingya di Rakhine. Dalam operasinya, militer Myanmar memindahkan secara paksa Muslim Rohingya dan membakar rumah-rumah mereka menggunakan mortir dan senapan mesin.

Hal ini memicu reaksi keras dunia internasional. Mereka menuntut dan mendesak agar Myanmar menghentikan tindak kekerasan serta pembantaian yang menargetkan Muslim Rohingya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement