Ahad 03 Sep 2017 22:31 WIB

Beda Filologi Tradisional dan Modern

Naskah Kuno
Naskah Kuno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari abad ke abad, metode yang digunakan dalam filologi terus mengalami perkembangan, bahkan hingga saat ini. “Kegiatan filologi kemudian terbagi menjadi dua aliran, yakni filologi tradisional dan modern,” tulis Jannah Nur, dalam karya tulisnya, “Kajian Filologi Serat Dwikarana”, yang dipublikasikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Aliran filologi tradisional memandang variasi yang terjadi dalam penulisan ulang teks sebagai bentuk yang korup. Aliran ini lebih menekankan pentingnya menemukan bentuk mula teks atau setidaknya yang paling mendekati kepada bentuk asli teks. Dengan demikian, tujuan pengkajian teks dalam filologi tradisional adalah untuk mendapatkan naskah yang mendekati teks asli maupun naskah yang menyimpang dari teks aslinya.

Sementara, filologi modern memandang variasi bacaan teks sebagai bentuk kreasi. Aliran kedua ini lebih bertujuan untuk menemukan makna kreasi yang muncul dalam bentuk variasi tersebut. “Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa filologi modern digunakan untuk menganalisis isi teks daripada menemukan bentuk asli teks,” ujar pakar filologi dari UNY, Hesti Mulyani, menjelaskan.

Para ahli filologi memiliki ilmu yang luas karena dalam memahami isi naskah-naskah kuno jelas dibutuhkan pengetahuan tentang huruf, bahasa, dan ilmu yang dikandungnya. Mereka kemudian menulis ulang naskah-naskah itu kembali sehingga dapat dipelajari oleh masyarakat pada waktu itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement