REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--- Utusan Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley menyebutkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un seperti 'mengemis' untuk meminta perang dengan melakukan uji coba bom nuklir terbarunya yang paling kuat.
Nikki Haley mengatakan pada sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan di New York bahwa AS tidak menginginkan perang namun kesabaran AS memiliki batasnya. "Perang tidak pernah menjadi sesuatu yang diinginkan Amerika Serikat, Kami tidak menginginkannya sekarang tapi kesabaran negara kita tidak terbatas," ujar Haley seperti dilansir BBC, Senin (5/9).
AS akan membuat resolusi baru PBB untuk segera memperkuat sanksi terhadap Korea Utara. Haley berpendapat bahwa hanya sanksi terkuat yang memungkinkan masalah diselesaikan melalui diplomasi.
Utusan Cina untuk PBB, Liu Jieyi, mengulangi sebuah seruan agar semua pihak kembali ke perundingan. "Masalah semenanjung harus diselesaikan dengan damai, Cina tidak akan membiarkan kekacauan dan perang di semenanjung." katanya.
Berbicara di Berne, Presiden Swiss Doris Leuthard menunjuk negaranya untuk menjadi mediator karena memiliki reputasi dalam diplomasi netral dan bijaksana.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa juga menyebutkan sanksi yang diberikan tidak berguna dan tidak efektif. Cina, sekutu utama Korea Utara, telah meminta untuk kembali ke perundingan dan Swiss telah menawarkan diri untuk menjadi mediator.
Sementara itu, angkatan laut Korea Selatan melakukan latihan angkatan laut pada Selasa. Militer Korsel memperingatkan Korut jika terus memprovokasi maka Korsel akan menyerang. Laporan terbaru menyebutkan Korea Utara sedang mempersiapkan peluncuran rudal terbaru.
Pada Ahad, Korut menguji sebuah bom di bawah tanah, yang diperkirakan memiliki daya berkisar antara 50 kiloton hingga 120 kiloton. Bom ini memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari bom yang menghancurkan Hiroshima pada tahun 1945.
Marniati