REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kabupaten Karawang intensif mendistribusikan air bersih ke wilayah yang terdampak kekeringan. Air bersih tersebut, merupakan kerja sama antara BPBD dengan PDAM setempat. Sebab, sampai saat ini tercatat ada 23 ribu rumah tangga yang kesulitan air bersih.
Kepala BPBD Kabupaten Karawang, Banuara Nadeak, mengatakan, warga yang terdampak kekeringan ini kondisinya sangat kesulitan air bersih. Untuk sehari-hari, mereka harus berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk mendapatkan air bersih. Karena itu, 23 ribu warga itu kini tinggal menyiapkan peralatan, untuk mendapat kiriman air dari kendaraan tanki milik PDAM.
"Setiap hari, kita kirim air ke lima kecamatan yang krisis air bersih," ujar Banuara, kepada Republika.co.id, Senin (11/9).
Lima kecamatan tersebut, Tegalwaru, Ciampel, Pangkalan, Telukjambe Barat, dan Telukjambe Timur. Sebenarnya, dampak dari kekeringan ini dirasakan juga oleh warga di kecamatan lainnya. Akan tetapi, hingga kini belum ada laporan resmi dari aparat desa setempat ke BPBD.
Makanya, pendistribusian air bersih ini, masih melayani 23 ribu warga yang tinggal di lima kecamatan itu saja. Meski demikian, pihaknya meminta kepada seluruh elemen masyarakat untuk turut aktif dalam laporan bencana kekeringan ini.
"Sebab, bila tak ada laporan, BPBD kesulitan mendapatkan informasi yang valid," ujarnya.
Semantara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Mm Hanafi Chaniago, mengatakan, areal persawahan yang rawan kekeringan di wilayahnya mencapai 7.448 hektare. Sawah tersebut, tersebar di 21 kecamatan. Terutama, daerah tadah hujan. Seperti, Kecamatan Tegalwaru dan Pangkalan.
"Akan tetapi, sampai saat ini belum ada laporan tanaman padi yang kekeringan. Kalau areal sawahnya kering sudah ada, tapi belum ditanami padi oleh petaninya," ujar Hanafi.