Kamis 14 Sep 2017 19:43 WIB

Status Gunung Agung di Bali Waspada

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bayu Hermawan
Gunung Agung Bali
Foto: FLICKR
Gunung Agung Bali

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Gunung Agung yang berada di Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali ditingkatkan statusnya dari level satu (normal) ke level dua (waspada). Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kasbani mengatakan informasi tersebut berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental di lokasi hingga Jumat, 14 September 2017.

"Pengamatan visual di Gunung Agung dilakukan pada periode 1 Juli 2017 hingga 13 September 2017 atau 74 hari," kata Kasbani dalam surat tertulis, Kamis (14/9).

Hasil pengamatan menunjukkan cuaca di Gunung Agung bervariasi, mulai dari cerah hingga hujan. Curah hujan tercatat maksimal 67,9 milimeter. Angin lemah hingga sedang ke arah timur dan barat.

Suhu udara di sekitarnya berkisar 19-31 derajat celsius dengan tingkat kelembaban 89 persen. Gunung api yang disucikan masyarakat Hindu Bali itu terlihat jelas hingga tertutup kabut. Dari pengamatan 75 hari pengamatan instrumental, tim pemantau aktivitas Gunung Agung merekam 68 hari terjadi gempa tektonik lokal, tektonik jauh, vulkanik dangkal, dan vulkanik dalam. Lama gempa pun bervariasi.

"Tingkat kegempaan Gunung Agung secara umum menunjukkan peningkatan," ujarnya.

Gunung Agung dalam rentang waktu tiga bulan terakhir secara visual belum teramati adanya perubahan signifikan, khususnya tinggi dan tebal asap dari kawahnya. Pendaki pada 13 September 2017 mengaku melihat hembusan solfatara dari dasar kawah yang sebelumnya tidak pernah terlihat sampai pemeriksaan terakhir April 2017.

Gempa vulkanik dalam mengindikasikan terjadinya peretakan batuan di dalam tubuh gunung api akibat tekanan fluida magmatik dari kedalaman. Kasbani mengatakan ini mulai terekam meningkat sejak 10 Agustus 2017 dengan amplitudo berkisar tiga hingga 10 mm. Gempa vulkanik dangkal mulai terekam meningkat dan konsisten sejak 24 Agustus 2017 dengan amplitudo berkisar dua hingga tujuh mm.

Aktivitas gempa tektonik lokal mengindikasikan perubahan stres batuan di sekitar Gunung Agung. Ini terekam meningkat konsisten sejak 26 Agustus 2017 dengan amplitudo berkisar tiga hingga 22 mm.

Citra termal yang terekam di satelit sepanjang Januari-September 2017 belum menunjukkan adanya titik api di Gunung Agung. Hal ini mengindikasikan belum ada material magmatik signifikan yang keluar di permukaan.

Meski statusnya ditingkatkan, aktivitas pendakian ke Gunung Agung masih normal. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pemandu Wisata Alam Gunung Agung, Wayan Windiasa mengatakan pihaknya belum menerima imbauan dari pihak terkait tentang kondisi terbaru Gunung Agung.

Warga sekitar, kata Windiasa masih beraktivitas seperti biasa, meski sebuah video viral menunjukkan aktivitas Gunung Agung mulai tidak stabil. Pendakian pun normal dari jalur Pasar Agung di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, serta jalur Pura Agung Besakih, Rendang.

"Pendakian masih normal," katanya.

Data Pokdarwis Gunung Agung menunjukkan jumlah pendaki yang menjajal trek gunung setinggi 3.031 meter itu mencapai 2.900 orang sepanjang Mei-September 2017.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement