Jumat 15 Sep 2017 14:48 WIB

Pembakaran di Rakhine Terjadi Secara Sistematis

Rep: Sri Handayani/ Red: Esthi Maharani
Warga Muslim Rohingya, yang menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh, mengumpulkan air hujan di kamp pengungsi Balukhali, Bangladesh, Rabu (13/9).
Foto: AP
Warga Muslim Rohingya, yang menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh, mengumpulkan air hujan di kamp pengungsi Balukhali, Bangladesh, Rabu (13/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amnesty International mendeteksi setidaknya 80 kebakaran berskala besar terjadi di daerah-daerah berpenduduk di Rakhine sejak 25 Agustus. Organisasi ini menyebut pembakaran di wilayah itu terjadi secara sengaja, sistematis, dan terencana.

Dalam keterangan tertulis, Jumat (15/9), Amnesty International menyebutkan tentara Myanmar melancarkan operasi militer menyusul serangan terhadap pos polisi oleh kelompok bersenjata Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA). Citra satelit selama periode bulan yang sama selama empat tahun terakhir tidak menunjukkan ada kebakaran sebesar ini di negara bagian manapun di Myanmar.

Kebakaran terdeteksi di daerah-daerah mayoritas Rohingya di Rakhine, kata Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid di Jakarta, Jumat (15/9).

Hingga kini, tingkat kerusakan belum dapat diverifikasi secara independen di lapangan karena pembatasan akses oleh pemerintah Myanmar. Namun, kemungkinan seluruh desa Rohingya telah terbakar habis. Ini memaksa puluhan ribu orang melarikan diri karena ketakutan.

Jumlah kebakaran dan tingkat kerusakan properti kemungkinan lebih besar daripada laporan yang dikeluarkan Amnesty International. Tutupan awan selama musim hujan menyulitkan satelit untuk menangkap semua pembakaran. Kebakaran yang lebih kecil juga tidak terdeteksi oleh sensor satelit lingkungan.

Gambar satelit dari jalur desa Inn Din, sebuah daerah etnis campuran di Maungdaw selatan, menunjukkan area rumah Rohingya dibakar habis. Daerah non-Rohingya di sampingnya tampak tak tersentuh.

Amnesty International mengonfirmasi gambar satelit pembakaran dengan kesaksian saksi mata dan gambar rumah yang dibakar. Seorangpria berusia 27 tahun dari Inn Din menggambarkan, pada 25 Agustus, tentara dansekelompok massa mengelilingi desa itu. sebelum memasuki desa, mereka melakukantembakan ke udara. Para warga yagn mencoba melarikan diri ditembak di tempat.

Pria itu bersembunyi di hutan terdekat. Ia menyaksikanpasukan militer tinggal selama tiga hari di desa tersebut. Mereka menjarah danmembakar rumah-rumah. Hal yang sama juga terjadi di daerah perkotaan. Citra satelitmenunjukkan lingkungan yang didominasi Rohingya di kota Maungdaw terbakar,sementara kota lain tidak tersentuh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement