Jumat 22 Sep 2017 17:09 WIB

Kubah tak Selalu Identik dengan Islam

Rep: mgrol97/ Red: Endro Yuwanto
Ilustrasi Berdoa di Kubah Hijau
Foto: Antara/Saptono
Ilustrasi Berdoa di Kubah Hijau

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Masyarakat awam hingga kini masih banyak yang beranggapan bahwa masjid beratap kubah adalah karakteristik Islam. Padahal, kubah tidak selalu identik dengan Islam. Bahkan, kubah belum digunakan pada masa Nabi Muhammad SAW.

Sejarawan sekaligus arsitek terkemuka asal Inggris KAC Cresswell mengatakan, bentuk pertama Masjid Madinah (Masjid Nabawi) belum menggunakan kubah. Desain masjid pertama umat Islam itu sangat sederhana, hanya berbentuk segi empat dengan dinding pembatas di sekelilingnya.

Keberadaan kubah memang sudah lama sebagai bagian dari arsitektur kuno yang biasanya terbuat dari dahan kayu sebagai penyangga lalu dipadatkan dengan lumpur atau batu. Seperti pada Kubur Mikene Greeks di Yunani (Mycenaean Greeks) yang berasal dari abad ke-14 SM.

Namun teknik pembuatan bentuk kubah berbeda di masing-masing wilayah. Honai, rumah adat suku Dani di Papua misalnya, menggunakan daun rumbia sebagai penutupnya. Pada abad pertengahan, penggunaan kubah meluas setelah imperium Romawi mulai menggunakan struktur kubah yang diletakkan di atas bangunan berbentuk segiempat. Ini dibuktikan dengan keberadaan bangunan kuil Parthenon di Athena Yunani yang dibangun pada 118-128 M oleh Raja Hadria.

Dikutip dari berbagai sumber, arsitektur Islam tertua yang menggunakan kubah adalah Kubah Batu (Qubbat as-Shakrah). Tempat suci di dalam Masjid al-Aqsa di Yerussalem, yang dibangun Abdul Malik bin Marwan (khalifah Ummaiyyah) pada tahun 691 M. Bangunan tersebut adalah monumen Islam tertua yang masih bertahan hingga kini. Pembangunan kubah itu dimaksudkan untuk mengungguli atap Gereja Sepulchre Suci yang indah.

Di Indonesia, masjid umumnya beratap tumpang saat kubah belum dikenal. Penggunaan kubah di Asia Tenggara dimulai setelah Perang Rusia-Turki (tahun 1877-1878 M). Atau saat Rusia, Rumania, Serbia, Montenegro, dan Bulgaria melawan Kekaisaran Ottoman.

Kala itu, Kekaisaran Usmaniyah mencuatkan ide revitalisasi Islam dengan melancarkan gerakan budaya, yakni pengenalan jenis masjid baru. Gerakan ini bergema di Asia Tenggara. Masjid-masjid tradisional yang beratap tumpang digantikan atap kubah (qubbah) dengan menara-menara gaya Timur Tengah atau India Utara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement