Senin 25 Sep 2017 09:52 WIB

Melihat Peluang Koalisi Pemerintahan Merkel

Rep: MARNIATI ./ Red: Winda Destiana Putri
Angela Merkel
Foto: AP/Markus Schreiber
Angela Merkel

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Hasil perolehan suara pada pemilu federal menunjukkan bahwa partai Social Democratic Party of Germany (SPD), yang dipimpin oleh Martin Schulz, memperoleh suara terburuk sejak 1949. Schulz mengatakan hasil akhir ini berarti menandai berakhirnya koalisi besar dengan aliansi Merkel.

"Ini adalah hari yang sulit dan pahit bagi kaum sosial demokrat di Jerman. Kami belum mencapai tujuan kami," ujar Schulz kepada para pendukungnya seperti dilansir BBC, Ahad (24/9).

Dengan kemungkinan gagalnya aliansi dengan SPD, maka Merkel memiliki pilihan yang begitu sempit. Proses pembentukan koalisi baru ini bisa memakan waktu berbulan-bulan.

Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa enam partai akan berada di parlemen Jerman untuk pertama kalinya sejak tahun 1950an. Skenario yang paling mungkin terjadi adalah koalisi "Jamaika".

Disebut koalisi Jamaika karena warna bendera masing-masing partai yang akan bergabung koalisi merupakan warna bendera Jamaika. Koalisi Jamaika termasuk CDU / CSU hitam, Free Democratic Party (FDP) yang kembali ke parlemen setelah absen empat tahun dan German Green Party.

Koalisi ini juga dinilai cukup sulit karena German Green Party ingin menghapus 20 pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan FDP tidak setuju. Namun ini adalah satu-satunya formasi yang menjamin cukup banyak kursi di Bundestag (Parlemen Nasional Jerman).

Sementara itu, semua pihak menolak bekerja sama dengan Alternative for Germany (AfD). Partai tersebut telah memanfaatkan sebuah serangan balasan terhadap kebijakan Merkel terhadap migran dan pengungsi, banyak di antaranya berasal dari negara-negara yang dilanda perang, terutama negara-negara Muslim seperti Suriah.

Program AfD sangat anti-imigran, dan terutama anti-Islam. Mereka menyerukan pelarangan menara dan menganggap Islam tidak sesuai dengan budaya Jerman.

Beatrix van Storch, salah satu pemimpin partai tersebut, mengatakan kepada BBC bahwa hasil pemilu akan mengubah sistem politik di Jerman. "Kami akan memulai debat tentang migrasi, kami akan memulai perdebatan tentang Islam, kami akan memulai debat tentang persatuan yang semakin dekat," katanya.

AfD meminta peraturan suaka untuk mencegah penyalahgunaan sistem, termasuk pemeriksaan klaim di negara asal yang dianggap aman. Menanggapi hal ini, Merkel mengatakan bahwa dia akan mendengarkan kekhawatiran dan kecemasan pemilih Alternative for Germany (AfD).

Ia menjelaskan, pemerintahannya harus menghadapi masalah ekonomi dan keamanan serta menangani akar penyebab migrasi. "Hari ini kita dapat mengatakan bahwa kita sekarang memiliki mandat untuk memikul tanggung jawab dan kita akan menganggap tanggung jawab ini dengan tenang, berbicara dengan mitra kita tentunya," ujar Merkel.

Merkel menerima kritikan karena membuka pintu Jerman bagi hampir 900 ribu pengungsi dan migran yang tidak berdokumen.

sumber : Center
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement