REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Salah satu instrumen ekonomi dalam islam yang belum banyak mendapat perhatian serius adalah wakaf. Pengelolaan wakaf belum optimal seperti instrumen yang lain layaknya zakat, infaq, dan sedekah.
Ustaz Ahmad Shonhaji, Praktisi Wakaf Produktif menilai, wakaf merupakan pahala yang mengalir abadi. Karenanya, konsep pengelolaan wakaf harus produktif dan modern. Prinsipnya adalah tahan pokoknya, alirkan hasilnya.
"Salah satu contoh pengelolaan wakaf produktif antara lain Hotel Utsman bin Affan, yang pada mulanya adalah wakaf sumur yang dibeli dari orang yahudi pada zaman Rasulullah SAW.," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (25/9).
Jadi, kata dia, apabila pengelolaan wakaf diproduktifkan maka akan sejahtera umat. "Kita punya PR serius yg harus kita tunaikan di Indonesia berkaitan dengan potensi wakaf," kata dia.
Potensi tanah wakaf besarnya mencapai 4,4 milyar meter persei. Dan itu belum produktif. Belum potensi wakaf uang, dan produk-produk wakaf yang lainnya. Peserta tidak hanya diajak memahami konsep tentang wakaf. Mereka juga diajak untuk berdiskusi tentang bagaimana mengelola wakaf agar produktif.
Sunarto selaku Tim Penghimpunan Wakaf Dompet Dhuafa menjelaskan tentang best practice dompet dhuafa dalam mengelola wakaf secara produktif. Dari pengelolaan wakaf produktif di bidang pertanian, kebun, property, rumah sakit, sampai pendidikan.
"Aset wakaf tidak boleh mangkrak, harus dikelola produktifkan agar semakin banyak memberi manfaat bagi umat," kata sunarto.
Selain pencerdasan dan pencerahan berkenaan tentang wakaf produktif, peserta juga diajak untuk melakukan simulasi TfT #YukWakaf, dimana para peserta mempraktekkan kampanye wakaf kepada masyarakat nantinya. Saatnya #YukWakaf.